Di kuartal 1 tahun 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat secara mengecewakan menjadi 4,71% pada basis year-on-year (y/y).

Bank Indonesia menganggap bahwa tingkat suku bunga saat ini cukup untuk menekan inflasi Indonesia kembali ke cakupan target (yang direvisi) antara 4,00% sampai 5,00% (y/y) di 2015 (inflasi Indonesia telah berakselerasi menjadi 6,79% y/y di April) dan akan memotong defisit transaksi berjalan Indonesia ke cakupan 2,5 sampai 3,0% dari produk domestik bruto (PDB) pada akhir tahun.

Meskipun begitu, bank sentral tidak tuli pada permohonan-permohonan untuk peningkatan likuiditas. Dalam usaha untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia mengumumkan untuk melonggarkan kebijakan makro dengan merevisi aturan LDR-RR, kebijakan LTV untuk pinjaman hipotek dan uang muka pada pinjaman-pinjaman otomotif.

Pasar segera bereaksi positif terhadap berita ini. Setelah melemah selama sebagian besar hari terhadap dollar Amerika Serikat, rupiah dengan cepat menguat dan telah naik 0,31% menjadi Rp 13.098 per dollar AS pada pukul 16:00 WIB. Serupa dengan hal itu, saham-saham Indonesia berada di daerah merah untuk kebanyakan waktu perdagangan pagi dan awal siang. Namun, setelah Bank Indonesia mengumumkan bahwa BI mempertahankan rencananya untuk meningkatkan likuiditas untuk ekspansi kredit bank, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah naik 0,63% menjadi 5.270,80 pada pukul 16:00 WIB.

Sementara itu, pertumbuhan pinjaman Maret Indonesia melambat menjadi 11,3% (y/y) dari 12,2% (y/y) di bulan sebelumnya. Target pertumbuhan pinjaman bank sentral Indonesia adalah antara 15 sampai 17% di 2015.

Lanjut Baca:

Rupiah & Stocks Weaken Ahead of Bank Indonesia Policy Meeting

Bahas