Pada Februari 2015, inflasi tahunan Indonesia diperkirakan akan berkurang menjadi 6,70% dari 6,96% pada bulan sebelumnya. Pada akhir tahun lalu, tingkat inflasi meningkat karena Pemerintah Indonesia menerapkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang lebih tinggi (pada November 2014). Namun, Pemerintah mampu mereformasi kebijakan harga BBM bersubsidi pada Januari 2015 (menyebabkan penurunan harga bahan bakar) di tengah menurunnya harga minyak dunia. Menurunnya tingkat inflasi membuat bank sentral di Indonesia (Bank Indonesia) memutuskan untuk menurunkan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) sebanyak 25 point menjadi 7,50% dalam pertemuan Dewan Gubernur BI pada 17 Februari. Bermunculan spekulasi yang menyatakan bahwa BI mungkin akan menurunkan BI rate lagi pada tahun ini karena dampak negatif (yaitu capital outflow yang disebabkan oleh karena ancaman kenaikan tingkat bunga Amerika Serikat) kemungkinan bisa diimbangi dengan stimulus moneter di Uni Eropa dan Jepang (stimulus ini diperkirakan akan menyebabkan masuknya modal di pasar-pasar berkembang termasuk Indonesia). Sementara itu, nilai rupiah yang semakin lemah berarti neraca perdagangan Indonesia (serta neraca transaksi berjalan) akan membaik karena produk-produk impor menjadi lebih mahal sedangkan produk-produk ekspor menjadi lebih murah dan lebih kompetitif di pasar dunia. Oleh karena itu, BI diperkirakan tidak akan terlalu banyak melakukan intervensi di dalam pasar untuk mendukung nilai rupiah. Rupiah adalah salah satu mata uang terlemah (terhadap dollar AS) di antara mata uang negara-negara berkembang di Asia pada tahun 2015, telah menurun sekitar 4% mendekati Rp 13 ribu per dollar AS (level yang sama setelah Krisis Keuangan Asia pada akhir 1990an).

Indonesian Rupiah versus US dollar:

| Source: Bank Indonesia

Meskipun kebanyakan analis percaya bahwa tingkat inflasi di Indonesia menurun pada Februari (harga cabai, daging dan bawang telah menurun), ada sejumlah opini yang menyatakan bahwa mungkin akan ada peningkatan inflasi, bukan hanya karena peningkatan harga beras namun juga karena menurunnya nilai tukar tupiah (terhadap dollar AS) yang menyebabkan inflasi karena harga barang-barang impor menjadi lebih mahal.

Selain masalah distribusi dan panen yang lambat pada tahun ini, perubahan struktur di Bulog (badan pemerintah yang mengatur program raskin) juga dituduh ikut menyebabkan kenaikan harga beras karena Bulog kini mendistribusikan beras lewat para pedagang yang menjadi pihak ketiga.

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan untuk menerbitkan nilai tingkat inflasi bulan Februari pada hari Senin (2 Maret).

Inflasi di Indonesia:

Bulan  Monthly Growth
          2013
 Monthly Growth
          2014
 Monthly Growth
          2015
Januari          1.03%          1.07%         -0.24%
Februari          0.75%          0.26%
Maret          0.63%          0.08%
April         -0.10%         -0.02%
Mei         -0.03%          0.16%
Juni          1.03%          0.43%
Juli          3.29%          0.93%
Augustus          1.12%          0.47%
September         -0.35%          0.27%
Oktober          0.09%          0.47%
November          0.12%          1.50%
Desember          0.55%          2.46%
Total          8.38%          8.36%         -0.24%

Sumber: Statistics Indonesia (BPS)

Inflasi di Indonesia 2008-2014:

     2008    2009    2010    2011    2012    2013    2014
Inflasi
(annual percent change)
    9.8     4.8     5.1     5.4     4.3     8.4     8.4

Sumber: World Bank

Bahas