Data terakhir dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan bahwa di April 2015 penjualan sepeda motor Indonesia menurun 27,9% (year-on-year). AISI kini memprediksi penjualan sepeda motor domestik untuk mencapai hanya 6,8 juta dalam setahun penuh 2015 akibat daya beli yang melemah. Ini berarti akan ada penurunan 13% dari 7,8 juta unit sepeda motor yang dijual di 2014. Terlebih lagi, target AISI yang telah direvisi yaitu penjualan 6,8 juta sepeda motor di 2015 secara signifikan lebih rendah dari proyeksi awal institusi yaitu 7,7 juta unit.

Kalau kita melihat angka produksi dari merek-merek motor paling populer di Indonesia selama empat bulan pertama di 2015, maka kita melihat penurunan yang signifikan. Angka-angka produksi dari tiga mereka sepada motor paling terkenal - Honda, Yamaha and Suzuki - jatuh masing-masing 11,7% (y/y), 25,2% (y/y) dan 77,7% (y/y). Hanya dua merek yang melihat kenaikan produksi yaitu Kawasaki dan TVS. Produksi sepeda motor TVS naik 26,4% (y/y). Hal ini mengagumkan mengingat konteks perekonomian saat ini. Meskipun begitu, kebanyakan sepeda motor TVS (kira-kira 75%) yang dimanufaktur di Indonesia diekspor ke luar negeri dan karenanya angka produksi dari TVS kurang bergantung pada kondisi domestik.

Produksi Sepeda Motor di Indonesia:

   Januari-April
        2014
 Januari-April
        2015
 Perubahan
• Total Motorcycle Production
     2,699,761      2,206,914      -18.3%
 - Honda      1,677,087      1,480,323      -11.7%  
 - Yamaha       875,100       654,986      -25.2%
 - Suzuki       103,263        23,029      -77.7%
 - Kawasaki        40,262        43,458       +7.9%
 - TVS         4,049         5,118      +26.4%

Sumber: AISI

Pertumbuhan perekonomian Indonesia melambat menjadi yang terendah selama lima tahun terakhir pada 4,71% di kuartal 1 tahun 2015. Salah satu penyebabnya adalah sikap moneter Bank Indonesia yang ketat (dengan suku bunga acuan pada 7,50%) yang menghasilkan perlambatan pertumbuhan kredit dan mengurangi aktivitas perekonomian. Kendati begitu, bank sentral berkomitmen untuk menetapkan pendekatan moneter yang ketat dalam usaha melawan inflasi yang tinggi (6,79% y/y di bulan April) dan untuk membatasi defisit transaksi berjalan Indonesia yang lebar. Terakhir, tingkat suku bunga yang lebih tinggi adalah strategi untuk membatasi ancaman capital outflow menjelang implementasi suku bunga yang lebih tinggi di AS.

Karena banyak spare-parts diimpor maka nilai tukar rupiah yang melemah (terhadap dollar AS) juga menjadi masalah untuk industri mobil dan sepeda motor. Sejauh ini di 2015, rupiah telah jatuh 6% terhadap dollar AS. Nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) melemah 0,05% menjadi Rp 13.192 per dollar AS pada hari Selasa (26/05).

Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):

| Source: Bank Indonesia

Bahas