Yellen membuat pernyataan ini dalam sebuah pidato di Rhode Island. Federal Reserve terutama mencari perbaikan dalam kondisi pasar tenaga kerja dan inflasi sebelum akan menaikkan suku bunganya.

Setelah membaca risalah dari pertemuan terakhir Federal Open Market Committee (FOMC), kenaikan suku bunga di Juni tetap kemungkinan besar tidak akan terjadi namun sebagian besar pejabat Federal Reserve cenderung mendukung kenaikan suku bunga di 2015. Oleh karena itu, para ekonom dan analis memprediksi akan terjadi kenaikan di September. Karena kenaikan suku bunga akan membuat semua biaya di seluruh perekonomian AS menjadi lebih tinggi (mulai dari pinjaman untuk mobil sampai hipotek) kenaikan suku bunga yang terlalu signifikan atau terlalu tinggi bisa membahayakan pemulihan perekonomian AS. Oleh karena itu, para ekonom memprediksi bahwa Federal Reserve akan mengikuti jalur pengetatan moneter yang lebih bertahap.

Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkqn pada akhir minggu lalu bahwa Indeks Harga Konsumen (mengecualikan makanan dan energi), naik 0,3% di April 2015, di atas perkiraan para analis. Ini adalah kenaikan terbesar di inflasi inti sejak Januari 2013 (setelah pertumbuhan 0,2% di bulan Maret). Pertumbuhan yang solid dari inflasi inti ini membangkitkan prediksi bahwa Federal Reserve tetap berkomitmen pada kenaikan suku bunga di tahun ini.

Nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) melemah 0,27% menjadi Rp 13.186 per dollar AS pada hari Senin (25/05).


Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):

| Source: Bank Indonesia

Bahas