Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Jakarta Interbank Spot Dollar Rate

  • Rupiah versus US Dollar; Faktor-Faktor yang Berperan

    Dalam beberapa hari terakhir dollar Amerika Serikat (AS) kembali mendapatkan momentum bullish dan menguat terhadap sebagian besar mata uang termasuk rupiah. Dollar AS berada di bawah tekanan setelah Federal Reserve memberikan sinyal - kontras dengan ekspektasi pasar - bahwa Fed tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat karena prospek pertumbuhan ekonomi AS dan inflasi AS belum ada di posisi yang diinginkan. Hal ini membuat aset pasar-pasar lebih menarik untuk jangka pendek. Namun, perkembangan ini tampaknya hanya berlangsung sebentar.

    Lanjut baca ›

  • Update Mata Uang Indonesia: Rupiah Menguat, Dollar Amerika Melemah

    Nilai tukar rupiah mengawali minggu ini dengan posisi kuat karena dollar Amerika Serikat (AS) melemah akibat ketidakjelasan mengenai waktu kenaikan suku bunga AS. Kontras dengan dugaan awal, meeting Federal Reserve yang terakhir (diadakan 17-18 Maret) mengindikasikan bahwa belum akan ada kenaikan suku bunga dalam waktu singkat di negara dengan ekonomi terbesar. Hal ini mendorong meningkatnya minat untuk aset-aset pasar negara berkembang. Apalagi, Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia berjanji akan menjaga stabilitas rupiah.

    Lanjut baca ›

  • Apa yang Mempengaruhi Performa Rupiah Minggu ini?

    Tampaknya, pesan Federal Reserve bahwa Fed masih menunda menaikkan suku bunga di Amerika Serikat (AS) hanya mengimplikasikan periode singkat pelemahan dollar AS terhadap mata uang Asia. Pada hari Jumat (20/03), rupiah melemah 0,51% menjadi Rp 13.124 per dollar AS menurut Bloomberg Dollar Index. Volatilitas tinggi pada saat ini juga merupakan akibat dari kebijakan berbeda yang diterapkan oleh berbagai bank sentral. Sementara Federal Reserve AS bertekad untuk lebih mengetatkan kebijakan moneternya, bank sentral di Jepang dan Eropa melakukan sebaliknya.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Bukukan Surplus Perdagangan $738 Juta USD di Februari

    Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada hari Senin (16/03) bahwa Indonesia membukukan surplus perdagangan sebesar 738,3 juta dollar Amerika Serikat (AS) pada Februari 2015. Surplus perdagangan telah terjadi selama tiga bulan berturut-turut dan lebih besar dari prediksi bank sentral Indonesia (bank Indonesia) dan hasil polling Reuters yang memperkirakan bahwa suplus akan berada di kisaran 500-520 juta dollar AS. Surplus ini juga lebih besar dari surplus perdagangan di bulan pertama 2015 yang mencapai 709,4 juta dollar AS. Surplus di Februari terjadi terutama karena penurunan impor.

    Lanjut baca ›

  • Penurunan Drastis Rupiah Indonesia: Jatuh ke Rp 13,200 per Dollar AS

    Di Indonesia, lampu sorot tetap tajam terfokus pada pelemahan drastis rupiah. Karena semakin berkembangnya spekulasi bahwa US Federal Reserve akan segera menaikkan tingkat suku bunga pinjamannya, aset-aset pasar berkembang (baik mata uang maupun saham) cenderung melemah. Walau sebagian besar mata uang Asia melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), rupiah lebih rentan karena Indonesia sedang mengalami defisit transaksi berjalan yang besar. Hal ini menginformasikan kepada para investor bahwa negara ini bergantung pada capital inflows dari negara-negara asing.

    Lanjut baca ›

  • Update Saham & Rupiah Indonesia: Penguatan USD Melanda Pasar

    Saham-saham Indonesia dan nilai tukar rupiah kena dampak negatif dari penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) pada hari Senin (09/03) setelah rilisnya US payrolls yang lebih kuat dari prediksi sebelumnya dan karenanya memperkuat dugaan bahwa US Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pinjaman acuannya pada bulan Juni. Terlebih lagi, pada minggu lalu, Gubernur bank sentral AS Janet Yellen telah memberikan sinyal kepada Konggres AS bahwa bank sentral AS mungkin akan mengurangi 'patient stance'. IHSG jatuh 1,25% ke 5.445,84 poin pada sesi perdagangan pertama di hari Senin (09/03).

    Lanjut baca ›

  • Analisis Rupiah dan Saham Indonesia: Volatilitas Pasar yang Tinggi

    Pemerintah Indonesia meneruskan perjuangan mereka untuk meringankan kekuatiran masyarakat tentang dampak dari rupiah yang lemah pada perekonomian Indonesia. Bahkan, Pemerintah menekankan bahwa rupiah yang lemah akan berdampak positif pada neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan karena produk-produk ekspor Indonesia menjadi lebih kompetitif. Selama satu minggu ini, rupiah melemah 1% terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Sejak awal 2015, rupiah telah jatuh 4,4% terhadap dollar AS, karenanya menjadi salah satu mata uang di negara-negara berkembang Asia dengan performa terburuk di tahun ini.

    Lanjut baca ›

  • Update Rupiah: Pemerintah Indonesia Mengatakan ‘Tidak Perlu Kuatir’

    Ketika nilai tukar rupiah jatuh di bawah batasan yang menguatirkan yaitu Rp 13,000 per dollar Amerika Serikat (AS) pada hari Rabu (05/03), baik Menteri Keuangan Indonesia Bambang Brodjonegoro dan Gubernur Bank Indonesia (BI) mengatakan bahwa tidak perlu panik karena performa rupiah terhadap dollar AS masih sejalan dengan performa mata uang-mata uang lain terhadap dollar AS. Berdasarkan pada Bloomberg Dollar Index, nilai rupiah telah melemah 0,28% menjadi Rp 13,028 pada pukul 13:35 Waktu Indonesia Barat (WIB).

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Stocks & Rupiah Update: Flat Performance on Tuesday

    While most Southeast Asian stock markets and emerging Asian currencies strengthened on Tuesday (03/03) on the back of a rebounding yen and - contrary to expectation - the decision of the Reserve Bank of Australia (RBA) to leave its cash rate a record low of 2.25 percent, Indonesian stocks and the rupiah performed rather flat. The benchmark Jakarta Composite Index fell 0.06 percent to 5,474.62 points, while the Indonesian rupiah rate appreciated 0.01 percent to IDR 12,969 according to the Bloomberg Dollar Index.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Ok dengan Rupiah Lemah Demi Memperbaiki Transaksi Berjalan

    Nilai tukar rupiah melemah 0,79% menjadi Rp 12.932 per dollar Amerika Serikat (AS) menurut Bloomberg Dollar Index pada hari Jumat (27/02), level terendah sejak akhir 2008, setelah bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) menyatakan tidak berencana melakukan terlalu banyak intervensi untuk mendukung rupiah. Bank Indonesia (BI) menyatakan tidak memiliki level target untuk rupiah dan tidak akan melawan pasar. Statemen ini merupakan sinyal-sinyal bahwa BI nyaman dengan rupiah yang lemah demi memperbaiki neraca transaksi berjalan.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Jakarta Interbank Spot Dollar Rate

  • Indonesian Rupiah Exchange Rate Update: Appreciating on Economic Data

    At the end of Friday’s trading day (02/05), the Indonesian rupiah exchange rate appreciated 0.32 percent to IDR 11,525 per US dollar based on the Bloomberg Dollar Index. The rupiah performed better than most of its regional emerging peers as inflation and trade data, which were released today by Statistics Indonesia, provided positive market sentiments. Indonesian inflation eased to 7.25 percent (year-on-year) in April 2014, from 7.32 percent a month earlier. Meanwhile, the country posted a trade surplus of USD $673 million in March 2014.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Rupiah and Stocks Down on Global and Domestic Concerns

    On the first trading day of the week (Monday 28 April 2014), the Indonesian rupiah exchange rate depreciated 0.19 percent to IDR 11,587 per US dollar based on the Bloomberg Dollar Index. Several factors - both internal and external - influenced the rupiah as well as Indonesian stocks in a negative way. The benchmark stock index of Indonesia (known as the Jakarta Composite Index or IHSG) declined a whopping 1.61 percent to 4,818.76 points, in line with the regional trend in Asia today.

    Lanjut baca ›

  • Both Indonesian Rupiah Rate and Jakarta Composite Index Slightly Up

    The Indonesian rupiah exchange rate ended the week with a 0.32 percent gain to IDR 11,565 per US dollar on Friday (25/04) based on the Bloomberg Dollar Index. Despite still high local demand for US dollars ahead of the month-end (for reasons of profit repatriation, imports and debt repayments), the rupiah managed to appreciate as (foreign and domestic) investments in Indonesia were reported to have reached a new record at IDR 106.6 trillion (USD $9.4 billion) in the first quarter of 2014.

    Lanjut baca ›

  • Jakarta Composite Index Down on Rupiah and Weak Asian Markets

    Jakarta Composite Index Down on Rupiah and Weak Asian Markets

    Mostly declining Asian stock indices, led by Hong Kong's Hang Seng Index (HSI) and the Shanghai Stock Exchange Composite, had a negative influence on the performance of Indonesia's benchmark stock index (known as the Jakarta Composite Index or IHSG) on Wednesday (23/04). Moreover, today's sharp rupiah depreciation contributed to the 0.10 percent decline to 4,893.15 points. Based on the Bloomberg Dollar Index, the Indonesian rupiah exchange rate depreciated 0.94 percent to 11,630 per US dollar.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia's Jakarta Composite Index Climbs 0.12% on Tuesday

    Despite sharp rupiah depreciation and generally falling Asian stock indices, the benchmark stock index of Indonesia (Jakarta Composite Index or IHSG) managed to climb 0.12 percent to 4,898.21 points on Tuesday (22/04). Factors that contributed to push the IHSG into green territory were dividend payment announcements and optimism regarding companies' financial performances in the first quarter of 2014. Foreign investors accounted for 34 percent of today’s total trading, recording net buying of IDR 1 trillion (USD $87.7 million).

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Rupiah Exchange Rate Down on Current Account Troubles

    Due to a lack of positive domestic and external sentiments, the Indonesian rupiah exchange rate has depreciated to a six-week low against the US dollar. Based on the Bloomberg Dollar Index, Indonesia's currency declined 0.66 percent to IDR 11,521 per US dollar by 16:22 local Jakarta time. In fact, several negative domestic sentiments are the reason behind the current depreciation. Firstly, revived concerns about Indonesia's current account deficit and, secondly, concerns about capital outflows due to dividend payments.

    Lanjut baca ›

  • Profit Taking after Long Rally Causes Indonesian Stocks to Decline 10%

    After having recorded a five-day winning streak, Indonesia's benchmark stock index (known as the Jakarta Composite Index or IHSG) fell 0.10 percent to 4,892.29 points on Monday (21/04). The forming of a doji star and limited movement of the IHSG (due to reduced buying volume) implied that - without the publication of good news triggering positive market sentiments - the index would decline. Today's depreciation of the Indonesian rupiah exchange rate and mixed Asian indices were reasons for investors to engage in profit taking.

    Lanjut baca ›

  • Small Gain for Indonesian Stocks despite Weak China GDP Growth

    Indonesia's benchmark stock index (known as the IHSG or Jakarta Composite Index) posted another small gain on Wednesday (16/04), thus extending its winning streak to four days. The index gained 0.06 percent to 4,873.01 points. Despite slowing GDP growth in China, a depreciating rupiah exchange rate (responding to slightly higher US chain store sales and expected higher US building permits as well as US manufacturing production) and foreign investors recording a net sell, the index stayed in the green zone.

    Lanjut baca ›

  • Most Emerging Asian Currencies Down on China's Slowing GDP Growth

    The Indonesian rupiah exchange rate moved within limited range on Wednesday. Based on the Bloomberg Dollar Index, the currency depreciated 0.07 percent to IDR 11,436 per US dollar. Since Thursday (10/04), the rupiah has had to cope with pressures as Indonesia's legislative election was unable to provide political certainty. On the other hand, the country's improved economic fundamentals - easing inflation and the narrowing current account deficit - have resulted in capital inflows, thus supporting the rupiah.

    Lanjut baca ›

  • Despite Profit Taking, Jakarta Composite Index Up on Tuesday

    After several days of strong performance, Indonesia's benchmark stock index (known as the Jakarta Composite Index or IHSG) felt the impact of profit taking on Tuesday (16/04). As a consquence, the IHSG's upward movement was limited and unable to completely close the gap at 4,829-4,906. At the start of the trading day, the index opened positively, but during the day - when a number of Asian indices were down - the IHSG's performance was curbed. Indonesia's benchmark index gained 0.11 percent to 4,870.21 points.

    Lanjut baca ›

No business profiles with this tag