Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Economic Policy Package

  • Indonesia Investments' Newsletter of 4 October 2015 Released

    On 4 October 2015, Indonesia Investments released the latest edition of its newsletter. This free newsletter, which is sent to our subscribers once per week, contains the most important news stories from Indonesia that have been reported on our website in the last seven days. Most of the topics involve economic subjects such as the government and Bank Indonesia’s new economic policy package, an update of inflation and manufacturing activity, US interest rates the impact of El Nino on coffee and palm oil production, and much more.

    Lanjut baca ›

  • Third Economic Policy Package of Indonesia to Cut Fuel Price & Lending Rates

    In Indonesian media more and more (unofficial) information circulates about the third installment of the government's economic policy package. This third installment, which is expected to be unveiled next week by Indonesian President Joko Widodo, involves lowering prices of gas, diesel and electricity (for industries) to avert more layoffs in Indonesia's manufacturing industry. Meanwhile, the government may lower lending rates (by cutting unnecessary costs) in order to boost credit expansion in Southeast Asia's largest economy.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia akan Memotong Harga Bahan Bakar di Paket Kebijakan III?

    Pemerintah Indonesia mungkin akan memotong harga bahan bakar minyak di kuartal 4 tahun 2015 dalam rangka mendongkrak daya beli masyarakat dan mengurangi biaya yang ditanggung para pelaku manufaktur lokal. Tindakan ini akan menjadi bagian dari paket stimulus Pemerintah yang diprediksi akan diumumkan minggu depan. Pada tanggal 9 September dan tanggal 29 September, Pemerintah Indoensia telah mengumumkan dua paket kebijakan ekonominya. Kontras dengan dua paket kebijakan yang pertama, paket ketiga seharusnya memberikan hasil dalam jangka waktu pendek.

    Lanjut baca ›

  • Paket Kebijakan Bank Indonesia untuk Mengamankan Stabilitas Rupiah & Memperkuat Manajemen

    Setelah Pemerintah Indonesia mengumumkan paket kebijakan ekonomi yang kedua pada hari Selasa (29/09), bank sentral (Bank Indonesia) mengikuti dengan mengeluarkan paket stabilisasi nilai tukar rupiah pada hari Rabu (30/09). Paket Bank Indonesia ini memiliki tiga pilar utama: (1) mengamankan stabilitas nilai tukar rupiah, (2) memperkuat manajemen likuiditas rupiah, dan (3) memperkuat manajemen penawaran dan permintaan mata uang asing.

    Lanjut baca ›

  • Update Saham & Rupiah Indonesia: Mengakhiri Kuartal yang Lemah dengan Angka Lebih Tinggi

    Kebanyakan indeks saham Asia menguat pada hari Rabu, dipimpin oleh Indeks Nikkei 225 di Jepang yang naik 2,70% karena prediksi akan adanya tindakan-tindakan stimulus dari Pemerintah. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,09% menjadi 4.223,91 poin karena didukung oleh indeks-indeks saham yang naik di wilayah ini. Sementara itu, rupiah menguat 0,26% menjadi Rp 14.653 per dollar Amerika Serikat (Bloomberg Dollar Index).

    Lanjut baca ›

  • Paket Kebijakan Ekonomi Indonesia: Kawasan Berikat & Pemotongan Pajak Impor

    Paket kebijakan ekonomi kedua Indonesia di bulan September, diumumkan pada hari Selasa (29/09), menerima sambutan yang lebih hangat dari para pelaku pasar dibandingkan dengan yang pertama (diterbitkan pada 9 September), dibuktikan dengan rebound saham dan penguatan nilai tukar rupiah kemarin. Paket kebijakan terbaru Indonesia mencakup pemotongan pajak bunga untuk para eksportir, percepatan perizinan investasi untuk investasi di kompleks industri, dan pelonggaran pajak untuk impor barang-barang modal kompleks industri dan industri penerbangan.

    Lanjut baca ›

  • Perjalanan ‘Roller Coaster’ Saham & Rupiah Indonesia. Apa yang Terjadi Hari Ini?

    Saham-saham Indonesia mengalami sebuah perjalanan ‘roller coaster’ pada hari Selasa (29/09). Setelah waktu pembukaan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh lebih dari 2% mendekati level terendah selama tiga tahun terakhir. Kendati begitu, indeks ini berhasil ditutup pada 4.178,41 poin dalam perdagangan hari ini, naik 1,41%. Sementara itu, rupiah berhasil memotong kerugiannya. Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, rupiah melewati batas Rp 14.800 per dollar Amerika Serikat (AS) beberapa kali namun pada akhir hari hanya melemah 0,11% menjadi Rp 14.691 per dollar AS.

    Lanjut baca ›

  • Presiden Joko Widodo Akan Mengumumkan Paket kebijakan Ekonomi Kedua Besok

    Presiden Joko Widodo, dikenal dengan panggilan Jokowi, akan mengumumkan paket kebijakan ekonomi kedua pada hari Selasa (29/09) di Istana Negara di Jakarta sesuai dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Menurut laporan, paket kedua akan berfokus terutama pada mendongkrak daya saing ekspor Indonesia dan daya tarik Indonesia sebagai tempat tujuan investasi.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Berencana Memotong Pajak Untuk Mengurangi Volatilitas Rupiah & Mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi

    Indonesia berencana untuk memotong pajak yang dikenakan pada para eksportir lokal dalam rangka mendongkrak jumlah cadangan devisa, sambil mendukung rupiah, sebagai bagian dari paket kebijakan yang kedua. Rupiah Indonesia telah melemah 18,1% sejak awal 2015 karena ancaman kenaikan suku bunga AS, rendahnya harga-harga komoditi, dan devaluasi yuan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Pemerintah kini berencana untuk memotong pajak penghasilan atas bunga yang didapat para eksportir karena menabung pendapatan usaha ekspor mereka di bank-bank lokal. Saat ini, pajak penghasilan terhadap bunga bank (dari rekening-rekening tabungan) mencapai 20%.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Set to Announce Policy Package to Support Rupiah

    The central bank of Indonesia (Bank Indonesia) is set to announce the second installment of a policy package that aims at raising onshore US dollar supplies (and liquidity). As the rupiah has been the second worst-performing Asian emerging market currency (after Malaysia’s ringgit), having depreciated 18.1 percent against the US dollar so far in 2015, Indonesian policymakers are anxious to prop up the ailing currency in order to safeguard the country’s financial stability. Bank Indonesia's benchmark rupiah rate (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, abbreviated JISDOR) stood at IDR 14,690 per US dollar on Friday (25/09), a 17-year low.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Economic Policy Package

  • Morgan Stanley & Moody's on Indonesia's Rupiah & Policy Package

    Both Morgan Stanley and Moody's Investors Service have cast some negative perceptions on the condition of the Indonesian economy. First, American multinational financial services corporation Morgan Stanley released a report in which it stated that the recent rupiah rally will not last (Morgan Stanley maintains its year-end target of IDR 14,000 per US dollar). Then, global credit ratings agency Moody's criticized Indonesia's recently unveiled third policy package in which the government lowers energy prices for local manufacturers in a bid to support the industry.

    Lanjut baca ›

  • What are the Stimulus Measures in Indonesia's Third Economic Policy Package?

    The government of Indonesia unveiled the last installment of a series of three stimulus packages on Wednesday (07/10). The first two installments had been unveiled last month. In general, these stimulus packages aim to boost economic growth of Indonesia (which has slowed to a six-year low) and restore investors' confidence in the Indonesian rupiah and stocks. When markets believed that the Federal Reserve would soon raise its key interest rate, Indonesia was plagued by severe capital outflows pushing the rupiah to a 17-year low.

    Lanjut baca ›

  • Paket Kebijakan Ekonomi Kedua Indonesia

    Pemerintah Indonesia mengumumkan paket kebijakan ekonomi September yang kedua pada hari Selasa (29/09). Paket ini diperkenalkan dalam rangka mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mendukung rupiah yang lemah. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia telah melambat menjadi level terendah dalam enam tahun terakhir pada 4,67% pada basis year-on-year (y/y) di kuartal 2 tahun 2015, sementara rupiah telah melemah ke level terendah dalam 17 tahun terakhir terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Capital outflows dari Indonesia adalah akibat dari pengetatan moneter di Amerika Serikat (AS), rendahnya harga-harga komoditi dan lambatnya pertumbuhan ekonomi global (terutama karena penurunan pertumbuhan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok).

    Lanjut baca ›

  • Paket Kebijakan Ekonomi Indonesia: Apa saja yang Menjadi Tindakan Stimulus?

    Merespon ekonomi global yang melambat, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan paket kebijakan ekonomi yang baru yang bertujuan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ketidakjelasan yang tinggi dalam konteks global. Pada hari Rabu (09/09), Joko Widodo (dikenal dengan panggilan Jokowi) memberikan sejumlah detail mengenai fase pertama ini dalam sebuah pidato di Istana Negara di Jakarta.

    Lanjut baca ›

  • Most Asian Currencies Down against USD but Indonesian Rupiah Appreciates

    Although immediately plunging 0.33 percent to IDR 11,478 per US dollar after its opening on Monday (10/03), the Indonesian rupiah exchange rate had appreciated 0.57 percent to IDR 11,375 per US dollar by 14:00 local Jakarta time (Bloomberg Dollar Index). The rupiah's performance today is in sharp contrast with other Asian currencies. As US nonfarm payrolls increased more than expected and Chinese exports fell sharply (18.1 percent year-on-year) in February 2014, the US dollar appreciated against most Asian currencies.

    Lanjut baca ›

  • Third Economic Policy Package Being Prepared by Indonesian Government

    Indonesian Economic Minister Hatta Rajasa said that the government is currently engaged in preparing a third economic policy package that aims to reduce the country's current account deficit. In August and December 2013, the government had already implemented two policy reform packages as Indonesia's wide current account deficit and high inflation in combination with the looming end of the Federal Reserve's quantitative easing program led to large capital outflows, thus resulting in sharp rupiah depreciation.

    Lanjut baca ›

No business profiles with this tag