Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Indonesia Stock Exchange

  • Stock Market & Rupiah Update Indonesia: Bad Day at the Office

    Again Asian stock markets went into deep red territory. Japan officially entered a bear market (the Nikkei 225 Index plunged 3.71 percent today), Singapore's benchmark Straits Times Index hit a more than four-year low after declining nearly 3 percent, while Philippine stocks dropped to a near-oversold level after falling 1.53 percent. At first Indonesia's benchmark Jakarta Composite Index managed to limit losses. However, towards the end of Wednesday's trading day pressure became too much, hence dropping 1.42 percent.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Stock Market Update: China GDP & Oil in Focus

    The spotlight is - as usual - on China today as the world's second-largest economy released various macroeconomic data and markets' reaction toward these data will determine where stocks are heading for today. Wall Street will not influence Asian markets because this US financial and investment community was closed for Martin Luther King Jr Day on Monday. Meanwhile, the crude oil price remains low around USD $29 per barrel.

    Lanjut baca ›

  • Stock Market Update: Indonesian Stocks to Be Under Pressure

    The Jakarta Composite Index is expected to be under pressure on Monday (18/01) as the selloff continues in Asia. Both China's Shanghai Composite Index and Japan's Nikkei 225 index were down around 1.50 percent on Monday morning. Main concerns of investors are the persistent slide of crude oil prices as well as weak US retail sales and US industrial output in December. As a result, high-yielding currencies weakened, while demand for safe haven assets supported government debt and gold.

    Lanjut baca ›

  • Global Selloff Continues on Low Crude Oil and China Turmoil

    Asian stocks are again in deep red territory on Thursday (14/01), led by Chinese shares (which are on track to enter a bear market) as well as Japanese shares. It means that the rebound that had occurred earlier this week - caused by positive export data from China - was short-lived. The continued slide of oil prices (below USD $30 per barrel) and turmoil in China cause money to flow away from equity and fragile emerging market currencies.

    Lanjut baca ›

  • IPO News Indonesia: Bank Artos Listed on the Stock Exchange

    Bank Artos Indonesia became the first company to list on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2016. The Bandung-based private lender was warmly welcomed by investors. During its trading debut on Tuesday (12/01) the company's shares rose 31.1 percent. Through the initial public offering (IPO) Bank Artos Indonesia raised IDR 31.8 billion (approx. USD $2.3 million) by offering 241.3 million new shares, or 20 percent of the company's enlarged capital at IDR 132 per share.

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham & Rupiah Indonesia: Selling Besar-Besaran Terus Berlangsung

    Penjualan secara besar-besaran terus berlangsung di Asia pada Senin (11/01). Indeks-indeks saham di Asia - yang dipimpin oleh Shanghai Composite Index Republik Rakyat Tingkok (RRT) - jatuh parah. Inflasi RRT yang teredam pada bulan Desember, Shanghai Composite Index yang terjun 5,33% hari ini, turunnya harga minyak, dan jatuhnya saham di Wall Street akhir pekan lalu (saham Amerika Serikat mengalami minggu terburuknya dalam empat tahun terakhir), membuat investor mencari aset yang aman (safe haven) seperti emas, yen Jepang dan dollar AS. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia turun 1,78% menjadi 4.465,48 poin.

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham Indonesia: Saham Asia di Zona Merah, Selloff Saham Global Besar-Besaran

    Saham dan mata uang di seluruh Asia berada di bawah tekanan berat pada hari Kamis (07/01) setelah bank sentral Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menetapkan kurs yuan 0,51% lebih rendah (di 6.564,6 per dollar Amerika Serikat). Akibatnya, saham RRT anjlok lebih dari 7% (memicu mekanisme circuit-breaking baru - untuk hari kedua di minggu ini - 30 menit setelah perdagangan dibuka hari ini). Saham Asia juga lemah dikarenakan kerugian besar di Eropa dan di Wall Street semalam. Pasar bereaksi terhadap harga minyak yang turun ke level terendah dalam lebih dari tujuh tahun terakhir menjadi 33,97 dollar Amerika Serikat (AS) per barel.

    Lanjut baca ›

  • Berlawanan dengan Tren Asia, Saham Indonesia & Rupiah Rebound

    Meskipun kebanyakan pasar saham di Asia masih di wilayah merah, melanjutkan penurunan pada hari Senin, saham Indonesia dan rupiah berhasil melambung pada Selasa (5/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,70% menjadi 4.557,82 poin. Sementara itu, rupiah Indonesia naik 0,37% menjadi Rp 13.892 per dollar Amerika Serikat (Bloomberg Dollar Index). Apa yang terjadi pada perdagangan hari ini dan mengapa ada perbedaan antara aset Indonesia dan tren Asian secara umum?

    Lanjut baca ›

  • Mengapa Saham dan Rupiah Indonesia Melemah Hari Ini?

    Berlawan dengan harapan, saham Indonesia dan rupiah memiliki awal yang lemah di tahun yang baru. Pada hari Senin (4/1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,46% menjadi 4.525,92 poin, sementara rupiah terdepresiasi 0,82% menjadi Rp 13.943 per dollar Amerika Serikat (Bloomberg Dollar Index). Kinerja saham Indonesia ini sejalan dengan kinerja saham di seluruh dunia. Perdagangan saham Republik Rakyat Tiongkok (RRT) bahkan dihentikan dua kali karena indeksnya merosot. Apa yang terjadi hari ini?

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham Indonesia: Prognosis Indeks Harga Saham Gabungan Bulan Januari

    Tahun lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 12,13% sehingga berakhir pada 4,593.01 poin pada 30 Desember 2015 di tengah ketidakpastian global yang parah akibat ancaman pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi yang besar dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Hari ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memasuki hari perdagangan pertamanya di tahun baru. Apa yang kita harapkan dari kinerja saham Indonesia di Januari 2016?

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Indonesia Stock Exchange

  • IPO & Rights Issue Indonesia: Kresna Graha, Mega Manunggal & Bess Finance

    Several Indonesian companies decided to delay their initial public offering (IPO) on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2014 due to great political uncertainties brought about by Indonesia’s ‘political year’ (legislative and presidential elections). Moreover, sluggish global economic growth, slowing domestic growth as well as the scrapping of the Federal Reserve’s quantitative easing program impacted on investors’ confidence. Therefore, only 20 companies conducted an IPO last year. This year we should see more IPOs in Indonesia.

    Lanjut baca ›

  • Stocks and Rupiah Update Indonesia: A Vicious Downward Spiral?

    Both Indonesian stocks and the rupiah continued to slide on Thursday (04/06) and seem to be caught in a vicious downward spiral brought about by both domestic and international factors. Indonesia’s benchmark stock index (Jakarta Composite Index) fell 0.68 percent to close at a five-week low of 5,095.82 points, while the rupiah depreciated 0.39 percent to IDR 13,281 per US dollar (Bloomberg Dollar Index), a level last seen in the late 1990s when the country was plagued by the Asian Financial Crisis.

    Lanjut baca ›

  • Stocks & Rupiah Indonesia: Inflation and US GDP Cause Mixed Performance

    On the first trading day of the new week, both Indonesian stocks and the rupiah moved more-or-less sideways. Generally, indices in Southeast Asia were mixed as positive external sentiments were offset by local negative sentiments. In the case of Indonesia, negative local sentiments stemmed from the higher-than-estimated inflation figure in May and continued contraction of the manufacturing industry. Positive market sentiments stemmed from the USA where GDP growth was revised to minus 0.7 percent in Q1-2015.

    Lanjut baca ›

  • Stocks & Rupiah Indonesia Update: Weak Performance Past Week

    Most stock markets and currencies in Southeast Asia weakened on Friday (29/05), including Indonesia’s benchmark Jakarta Composite Index and the rupiah. The Jakarta Composite Index fell 0.40 percent to 5,216.38 points, while the rupiah depreciated 0.01 percent to IDR 13,224 per US dollar according to the Bloomberg Dollar Index. Over the past week, Indonesian stocks and the rupiah weakened primarily due to the Greek debt crisis, looming higher US interest rates and the lack of positive domestic factors.

    Lanjut baca ›

  • Perusahaan Diprediksi Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia di 2015

    Prospek untuk penawaran saham perdana (IPO) di Indonesia positif pada 2015, atau, setidaknya lebih positif dibandingkan tahun 2014 yang merupakan ‘tahun politik’ Indonesia (karena pemilihan legislatif dan presiden) sehingga menyebabkan ketidakjelasan di pasar akibat kondisi politik. Meskipun begitu, pertumbuhan ekonomi negara yang melambat dan ancaman capital outflow yang disebabkan oleh prediksi pengetatan moneter lebih lanjut di AS sebelum akhir tahun, telah membuat para pelaku pasar berhati-hati. Bursa Efek Indonesia (BEI) memprediksi total 32 pendaftaran baru di 2015, naik dari 20 di tahun lalu.

    Lanjut baca ›

  • Update Pasar Indonesia: Mengapa Saham Menguat tapi Rupiah Melemah?

    Sejalan dengan indeks lain di Asia, saham Indonesia naik pada hari Selasa (26/05). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,62% menjadi 5.320,90 poin. Sentimen-sentimen positif tidak berasal dari Amerika Serikat (AS) karena pasar saham AS ditutup kemarin karena hari libur namun terutama berasal dari Republik Rakyat Tionghoa (RRT) yang badan perencanaan perekonomiannya mengumumkan akan mengimplementasikan sejumlah kebijakan baru dalam usaha mendongkrak perekonomian yang lambat. Kendati begitu, rupiah melemah 0,25% menjadi Rp 13.220 per dollar AS berdasarkan Bloomberg Dollar Index.

    Lanjut baca ›

  • How Will Global Uncertainties Impact Indonesian Markets?

    For a good portion of this year, the stock market in Indonesia has been met with selling pressure. There is a reasonable basis for this, as we have seen some disappointments in corporate earnings that have led some of the biggest names in the country to trade lower. But there are external events at work, as well. And some of these factors might not be readily apparent to many regional investors. One of these is the sovereign debt situation in the Eurozone.

    Lanjut baca ›

  • Indeks Harga Saham Gabungan: Saham Indonesia ke Arah Mana?

    Pasar saham di Indonesia telah menjadi sangat tidak stabil dalam minggu-minggu terakhir, dan ini telah membuat banyak investor menduga-duga apakah rally yang dimulai pada Oktober lalu masih dapat bertahan dan bisa dilanjutkan. Minggu lalu, MSCI Indonesia Index (yang diperdagangkan dengan simbol saham EIDO) mengalami kejatuhan besar - dari posisi yang jauh di atas batas 6.500 menjadi di bawah batas 6.000. Dari perspektif persentase, gerakan seperti ini bisa menyebabkan kerugian yang signifikan untuk mereka yang membeli saham-saham Indonesia saat harganya masih ada pada level tingkat atas.

    Lanjut baca ›

  • Laporan Pendapatan Perusahaan Indonesia Tahun Fiskal 2014

    Laporan-laporan pendapatan perusahaan yang dipilih (mencakup laba bersih dan pendapatan untuk tahun fiskal 2014) dari perusahaan-perusahaan Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) disediakan di bawah ini. Perusahaan-perusaahaan ini dibagi dalam kategori sektor: (1) pertanian dan pertambangan, (2) industri dasar dan kimia, (3) macam-macam industri, (4) barang konsumsi, (5) properti dan real estate, (6) infrastruktur, peralatan dan transportasi, (7) keuangan, dan (8) perdagangan, jasa dan investasi.

    Lanjut baca ›

  • Penawaran Umum Perdana di Indonesia: Mitra Keluarga Karyasehat

    Mitra Keluarga Karyasehat, operator rumah sakit dan unit usaha dari Grup Kalbe, menargetkan untuk meraup Rp 4,2 trilliun dalam penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Maret 2015. Perusahaan ini akan menawarkan 261,9 juta saham, setara dengan 18% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan. Lima persen dari total saham ini adalah saham baru, sementara 13% adalah saham didivestasi private equity firm Lion Investment Partners.

    Lanjut baca ›

No business profiles with this tag