Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini China

  • Bank Pembangunan Asia (ADB) memotong Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia

    Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) mengumumkan telah mengurangi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2015 dan 2016 baik untuk Republik Rakyat Tiongkok (RRT) maupun negara-negara berkembang Asia lainnya karena perlambatan perekonomian yang berkelanjutan di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini. Ekspansi perekonomian RRT diproyeksikan untuk mencapai 7% pada basis year-on-year (y/y) di 2015 dan 6,8% (y/y) di 2016. Kedua proyeksi ini turun 0,2% poin dari proyeksi ADB sebelumnya.

    Lanjut baca ›

  • Saham Indonesia Meningkat karena Yunani; Rupiah Melemah karena Fed Hike

    Sejalan dengan tren global, saham Indonesia terus naik pada Selasa (14/07). Kebanyakan indeks-indeks saham (di seluruh dunia) terus bergerak dalam wilayah hijau setelah Yunani yang dibebani banyak hutang mencapai kesepakatan dengan kreditor internasionalnya - setelah pertemuan darurat selama 17 jam - untuk sebuah paket penghematan yang akan tetap mempertahankan Yunani di dalam zona euro. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah naik 0,60% menjadi 4.923,36 poin pada pukul 11:45 WIB pada hari Selasa.

    Lanjut baca ›

  • IMF Memotong Proyeksi Global; BI Memprediksi Pertumbuhan Datar di Kuartal II

    International Monetary Fund (IMF) memotong proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2015 menjadi 3,3% pada basis year-on-year (y/y), dari 3,5% (y/y) sebelumnya, karena musim dingin yang keras mempengaruhi Amerika Serikat (AS) dan sejalan dengan itu menarik turun pertumbuhan global. Di kuartal 1 tahun 2015, perekonomian AS berkontraksi 0,2% (y/y). Terlebih lagi, kekacauan di Yunani dan Republik Rakyat Tiongkok menyebabkan volatilitas yang besar dalam pasar keuangan global, lembaga yang bermarkas di Washington ini menyatakan dalam sebuah update World Economic Outlook (WEO) pada hari Kamis (09/07).

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Stocks & Rupiah Down on GDP Growth Concern & China Turmoil

    Indonesian stocks and the rupiah weakened further on Wednesday (08/07) due to the continuing fall of Chinese stocks (raising concerns about global economic growth) and the downward revision of the World Bank and Asian Development Bank (ADB)’s economic growth forecasts for Indonesia in 2015. Furthermore, global uncertainty brought about by the looming Greek exit (Grexit) from the euro continues to plague markets worldwide and makes investors prefer to wait for more certain times.

    Lanjut baca ›

  • World Bank Drastically Cuts Indonesia’s 2015 Economic Growth Forecast

    The World Bank cut its forecast for economic growth in Indonesia in 2015 from 5.2 percent year-on-year (y/y) to 4.7 percent (y/y) as private consumption, which accounts for about 55 percent of total economic growth in Indonesia, is estimated to weaken further in the second half of 2015 while government spending has been lower than expected (causing subdued fixed investment). Furthermore, persistent low commodity prices and tighter credit conditions provide further pressures that led to the extreme downward revision.

    Lanjut baca ›

  • Ancaman Keluarnya Yunani dari Zona Euro: Aset Indonesia Relatif Stabil

    Meskipun Indonesia dianggap sebagai salah satu perekonomian Asia yang sangat rentah terhadap keluarnya Yunani dari zona euro (Greek exit/Grexit), saham dan rupiah Indonesia tidak melemah sebanyak aset-aset pasar negara berkembang lainnya pada hari Senin (29/06), hari perdagangan pertama setelah hancurnya pembicaraan antara Yunani, yang dibebani banyak hutang, dengan para kreditor internasionalnya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 0,82% menjadi 4.882,59 poin sementara rupiah melemah 0,24% menjadi Rp 13.339 per dollar AS (Indeks Bloomberg).

    Lanjut baca ›

  • Saham Indonesia & Rupiah Diprediksi Merasakan Tekanan Berat Hari Ini

    Saham Indonesia diprediksi merasakan tekanan turun yang berat pada hari Senin (29/06) karena pembicaraan yang terhenti antara Yunani yang terbeban hutang dengan para kreditor internasionalnya. Transaksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih belum dibuka namun pasar-pasar Asia yang lain segera jatuh setelah pembukaan. Indeks Nikkei 225 dari Jepang turun 2,28% sementara yen menguat (para investor sedang mengejar aset-aset yang aman), sementara KOSPI dari Korea Selatan jatuh 1,5%. Nilai euro sangat menurun dalam perdagangan Asia.

    Lanjut baca ›

  • Minister Brodjonegoro: Economy of Indonesia is Facing Four Risks

    In a meeting with Commission XI of Indonesia’s House of Representatives (DPR), Indonesian Finance Minister Bambang Brodjonegoro stated that the economy of Indonesia is currently facing four global risks. These four risks are low international commodity prices, China’s slowing economic expansion, the Greek debt crisis in the Eurozone and, lastly, further monetary tightening to be conducted by the US Federal Reserve. These issues are not new and have already contributed to slowing economic growth in Indonesia.

    Lanjut baca ›

  • Update Pasar: Saham Indonesia & Rupiah Menguat pada Hari Jumat

    Nilai saham Indonesia dan rupiah menguat pada hari perdagangan terakhir karena didukung oleh kenaikan sedang dari sejumlah indeks di Wall Street pada hari Kamis (07/05), yang sangat kontras dengan penjualan besar-besaran yang terjadi sehari sebelumnya setelah pimpinan Federal Reserve Janet Yellen menyatakan bahwa harga saham-saham Amerika Serikat (AS) mungkin dihargaii secara berlebihan. Sementara itu, data perdagangan yang lemah dari Republik Rakyat Tionghoa (RRT) mungkin akan mendorong para pembuat kebijakan RRT untuk menyediakan lebih banyak stimulus. Indeks Harga Saham Gabungan naik 0,62% menjadi 5.182,21 poin pada hari Jumat (08/05).

    Lanjut baca ›

  • Update PDB Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi 4.71% y/y di Q1-2015

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia di Q1-2015 dicatat 4,71% pada basis year-on-year (y/y). Meskipun telah diprediksi bahwa angka pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan jatuh di bawah batas 5%, perlambatan ini lebih buruk dari dugaan awal. Suryamin, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), menyatakan pada awal hari ini (05/05) bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat mencapai level terendah selama lima tahun akibat lemahnya ekspor (hasil dari berkurangnya pertumbuhan ekonomi di pasar ekspor) dan rendahnya harga minyak mentah dunia.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru China

  • Market Update: Why Indonesian Stocks & Rupiah Strengthen on Friday?

    After a real roller coaster ride, Indonesia’s benchmark stock index (Jakarta Composite Index) climbed 0.35 percent to 4,446.20 points at the end of the trading week. The majority of key stock indices across the globe tended to strengthen on Friday after a week characterized by severe volatility amid concern about the economic situation in China.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia’s Currency still above 14,000 per USD, Why a Weak Rupiah is a Problem

    Although Indonesian stocks managed to rebound, the rupiah continued to depreciate against the US dollar today (25/08). However, rupiah weakening was limited as Bank Indonesia was closely monitoring and intervening in markets to support the rupiah. Based on the Bloomberg Dollar Index, the Indonesian rupiah depreciated 0.03 percent to IDR 14,054 per US dollar. As significant further rupiah weakening is assumed to seriously undermine confidence in the rupiah, the central bank’s intervention efforts are well received by investors.

    Lanjut baca ›

  • Press Release Bank Indonesia: BI Rate Held at 7.50% in August 2015

    During Bank Indonesia’s Board of Governors it was decided on 18th August 2015 to hold the BI Rate at 7.50 percent, while maintaining the Deposit Facility rate at 5.50 percent and the Lending Facility rate at 8.00 percent. The decision is consonant with efforts to control inflation within the target corridor of 4±1 percent in 2015 and 2016. In the short term, Bank Indonesia (BI) is focused on efforts to stabilize the rupiah amid uncertainty in the global economy, by optimizing monetary operations in the rupiah and the foreign exchange market.

    Lanjut baca ›

  • Weaker Yuan Likely to Weigh on Indonesian Businesses

    For most of this year, the financial media has held a generally positive tone. There have been some exceptions in cases like the Eurozone which is still mired in a deeply divided sovereign debt crisis. But for most of the world, 2015 has been a positive period in terms of general growth in their broad trends. So it might be easy for macro investors to assume that most markets are currently establishing themselves in the bullish direction.

    Lanjut baca ›

  • Rising Unemployment in Indonesia as Coal Miners Cease Production

    In the 2000s many Indonesian companies diversified their business to include coal mining (or shifting their core business to coal mining altogether) due to lucrative opportunities amid the 2000s commodities boom. However, since 2009 mining companies have had to face tough times. Especially since 2011 commodity prices have shown a declining trend and there remains little hope of a rebound on the short term as the sluggish global economic growth trend persists, particularly led by the economic slowdown in China.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Pemegang Saham Terbesar ke-8 di Asian Infrastructure Investment Bank

    Indonesia adalah pemegang saham terbesar ke-8 di Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang baru saja didirikan. Kementerian Keuangan Indonesia mengumumkan di awal minggu ini bahwa Indonesia akan menginvestasikan 672,1 juta dollar AS di AIIB selama lima tahun ke depan. AIIB adalah sebuah lembaga keuangan multilateral yang baru (dipelopori oleh Republik Rakyat Tiongkok) yang menyediakan dana untuk proyek pembangunan infrastruktur di wilayah Asia Pasifik.

    Lanjut baca ›

  • Update Pasar Indonesia: Mengapa Saham Menguat tapi Rupiah Melemah?

    Sejalan dengan indeks lain di Asia, saham Indonesia naik pada hari Selasa (26/05). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,62% menjadi 5.320,90 poin. Sentimen-sentimen positif tidak berasal dari Amerika Serikat (AS) karena pasar saham AS ditutup kemarin karena hari libur namun terutama berasal dari Republik Rakyat Tionghoa (RRT) yang badan perencanaan perekonomiannya mengumumkan akan mengimplementasikan sejumlah kebijakan baru dalam usaha mendongkrak perekonomian yang lambat. Kendati begitu, rupiah melemah 0,25% menjadi Rp 13.220 per dollar AS berdasarkan Bloomberg Dollar Index.

    Lanjut baca ›

  • Komoditas: Dampak Larangan Ekspor Indonesia pada Harga Nikel Berumur Pendek

    Pada awal 2014 Indonesia memperkenalkan larangan ekspor yang telah lama direncanakan untuk biji mineral mentah dalam usaha untuk memperkuat perekonomian domestik dengan mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditi mentah dan mengharuskan para penambang untuk mengolah biji-biji mentah di dalam negeri sebelum ekspor diizinkan. Sebagai suplier global penting untuk sejumlah biji mentah, peraturan Indonesia yang baru ini (ditetapkan oleh UU No. 4/2009 mengenai Pertambangan Batubara dan Mineral) memiliki dampak yang signifikan pada pasar dan harga global, salah satunya nikel.

    Lanjut baca ›

  • Obstacles in Indonesia’s Investment Climate: A Chinese Perspective

    Indonesia is not the easiest place to invest for foreign investors. This is reflected by the World Bank's Doing Business 2014 index in which Indonesia ranks 120th. In a business forum, held last week in Beijing, Chinese businessmen expressed a number of matters that blocked or seriously delayed their investments in Indonesia. For Indonesia (both domestic and foreign) investment realization, particularly in infrastructure, is important as investments is considered the main driver for the country’s economic growth in 2016.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia’s Reference Coal Price Hits All-Time Low in May 2015

    On Monday (11/05), it was announced that the reference coal price of Indonesia declined 5.2 percent (month-on-month) to an all-time low of USD $61.08 per metric ton in May. This benchmark price, which is set by the government each month based on the average of four coal indexes (Indonesia Coal Index, Platts Index, New Castle Export Index and New Castle Global Coal Index), continued to plummet due to the coal oversupply in combination with weak global coal demand (particularly falling demand from China).

    Lanjut baca ›

Bisnis Terkait China