Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Federal Reserve

  • Bank Indonesia's Rate Cut Boosts Optimism for Economic Growth

    In the first three monthly policy meetings this year (January-March) the central bank of Indonesia (Bank Indonesia) cut borrowing costs by a total of 75 basis points. Indonesia's benchmark interest rate (BI rate) was cut from 7.50 percent at the year-start to 6.75 percent at Thursday's Board of Governors' meeting. The overnight deposit facility rate and lending facility rate were also cut by 75 basis points, each, in the first three months. The lower interest rate environment in Indonesia signals that the financial fundamentals are strong. This is partly reason behind strong inflows of foreign capital into Southeast Asia's largest economy.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Stocks & Rupiah Expected to Strengthen Sharply Today

    Stock markets in Asia as well as Asian emerging market currencies should perform well today after the US Federal Reserve left rates unchanged at its March policy meeting. Moreover, the central bank of the world's largest economy stated that it expects fewer rate hikes in the coming months (dovish outlook) as economic recovery of the USA is still fragile amid slower global growth and turmoil in world markets linked to low oil price. As a result risk sentiment improved sharply, while the US dollar suffered losses.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia's Currency Extends Rally, Concern about Overvalued Rupiah

    The Indonesian rupiah is flirting with the IDR 13,000 per US dollar level on Monday (07/03) supported by improving risk appetite of investors. By 13:40 pm local Jakarta time, the currency of Indonesia had appreciated 0.64 percent to IDR 13,047 per US dollar (Bloomberg Dollar Index). The rupiah is now on a 13-day 'winning streak', its longest rally in six years, and is the second-best performing emerging market currency after Brazil's real so far this year. What is behind this good performance, and is it sustainable?

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Cuts BI Rate to 7%, Reserve Requirement to 6.5%

    In line with expectations, the central bank of Indonesia (Bank Indonesia) cut its benchmark interest rate (BI rate) by 25 basis points to 7.0 percent at its February Board of Governor's policy meeting. Its overnight deposit facility rate (known as Fasbi) and lending facility rate were also cut by 0.25 percent to 5.00 percent and 7.50 percent, respectively. After the rate cut in January it was the second straight month of lower borrowing costs in Southeast Asia's largest economy. Meanwhile, Bank Indonesia also cut the reserve-requirement ratio for rupiah deposits at commercial banks by 100 basis points to 6.5 percent.

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham Indonesia: Prognosis Indeks Harga Saham Gabungan Bulan Januari

    Tahun lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 12,13% sehingga berakhir pada 4,593.01 poin pada 30 Desember 2015 di tengah ketidakpastian global yang parah akibat ancaman pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi yang besar dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Hari ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memasuki hari perdagangan pertamanya di tahun baru. Apa yang kita harapkan dari kinerja saham Indonesia di Januari 2016?

    Lanjut baca ›

  • Ekonomi Indonesia Tahun 2015: Kegagalan Mencapai Kebanyakan Target

    Kementerian Keuangan Indonesia mengeluarkan pernyataan pada hari Minggu (3/1) yang menyatakan bahwa Indonesia gagal memenuhi sebagian besar target ekonomi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015. Alasan utama dari lemahnya kinerja adalah harga komoditi yang rendah, pertumbuhan ekonomi global yang lesu, perlambatan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT), dan arus keluar modal yang dipicu oleh pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve Amerika Serikat (AS). Hanya realisasi inflasi dan hasil treasury yield yang sejalan dengan target pemerintah.

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham Indonesia: Kinerja IHSG pada Tahun 2015

    Hari perdagangan terakhir tahun 2015 di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah berlalu dan sekarang saatnya untuk melihat kembali kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah selama tahun 2015. Tahun 2015 merupakan tahun yang hektik, ditandai dengan volatilitas tinggi karena ketidakpastian tentang waktu kenaikan tingkat suku bunga AS (yang akhirnya diputuskan oleh Federal Reserve pada bulan Desember 2015) dan perlambatan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

    Lanjut baca ›

  • Tantangan bagi Perekonomian Indonesia Tetap Berlanjut di 2016

    Dengan akan berakhirnya tahun 2015, maka ada baiknya kita melihat tantangan yang dihadapi Indonesia tahun ini dan apakah tantangan ini akan tetap ada di tahun 2016. Singkatnya, kami percaya bahwa tantangan eksternal yang ada saat ini akan bertahan di tahun yang baru. Pertumbuhan ekonomi negara ini diproyeksikan melaju menjadi 5,3% pada basis year-on year (y/y) pada tahun 2016 dari perkiraan 4,7% (y/y) pada tahun 2015 (tahun kelima berturut-turut perlambatan pertumbuhan produk domestik bruto), tetapi pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pengeluaran pemerintah.

    Lanjut baca ›

  • Consumer Price Index Indonesia: Inflation in 2015 Expected Below 3%

    Indonesian inflation may reach 2.9 percent year-on-year (y/y) only in full-year 2015, the lowest level since 2009 when inflation in Southeast Asia's largest economy was recorded at 2.78 percent (y/y). In recent years Indonesia's inflation has been volatile with peaks correlating with administered price adjustments (primarily fuel and electricity price hikes as the government is keen on limiting spending on subsidies). Another characteristic of Indonesia is that inflation is generally high (compared to advanced economies), which is in line with the higher economic growth pace (than that of advanced economies).

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Indonesia Menguat Tajam Kendati Proyeksi Pesimis

    Rupiah Indonesia menguat secara signifikan terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pada hari Senin (21/12) kendati ada prediksi bahwa rupiah akan menjadi mata uang dengan performa terburuk di Asia pada tahun 2016 akibat capital outflows (karena suku bunga AS direncanakan akan semakin dinaikkan pada tahun 2016), cadangan devisa Indonesia yang menurun, dan harga-harga komoditi yang terus-menerus rendah. Berdasarkan pada Bloomberg Dollar Index, rupiah telah menguat 1,13% menjadi Rp 13.760 per dollar AS pada pukul 14:20 Waktu Indonesia Barat (WIB) pada hari Senin (21/12).

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Federal Reserve

No business profiles with this tag