Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Current Account Deficit

  • Pemerintah Indonesia Menawarkan Keringanan Pajak demi Transaksi Berjalan

    Pada Mei 2015 Pemerintah Indonesia akan menawarkan keringanan pajak pada perusahaan-perusahaan yang mengekspor minimal 30% dari produksi mereka. Pada awal bulan ini, Presiden Indonesia Joko Widodo menandatangani sebuah paket kebijakan yang mencakup keringanan pajak untuk para eksportir dan juga keringanan pajak untuk perusahaan-perusahaan multinational yang bersedia mereinvestasi keuntungan di Indonesia daripada mengirimkan keuntungan dan dividen kepada para pemegang saham di luar negeri. Paket ini didesain untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia (dan neraca transaksi berjalan).

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Update Indonesia: What Causes the Slight Depreciation Today?

    In line with other Asian emerging market currencies, the Indonesian rupiah is depreciating against the US dollar on Monday’s trading day (20/04). According to the Bloomberg Dollar Index, Indonesia’s currency had depreciated 0.25 percent to IDR 12,882 per US dollar at 13:00 pm local Jakarta time. However, Head of Research at NH Korindo Securities Reza Priyambada believes that the currency cannot depreciate much further as positive economic data provides enough support for the rupiah.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Expects to See an Improving Current Account in Q1-2015

    The central bank of Indonesia (Bank Indonesia) expects that the country’s current account deficit has eased to 1.6 percent of gross domestic product (GDP) in the first quarter of 2015. This estimate is lower than the institution’s initial forecast of 2 percent of GDP. Main reason for this more optimistic view is that Indonesia experienced a USD $2.43 billion trade surplus in the first quarter of 2015. Particularly the unexpectedly-wide USD $1.13 billion trade surplus in March will manage to ease pressures on the country’s current account.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Posts $1.1 Billion Trade Surplus in March 2015

    Statistics Indonesia (BPS) announced on Wednesday (15/04) that Indonesia posted a USD $1.13 billion trade surplus in March 2015, the country’s fourth straight monthly trade surplus, and almost twice the size that analysts had forecast earlier. Despite the monthly trade surplus being good news, data also showed that both Indonesian exports and imports contracted. Exports were down 9.8 percent (y/y) to USD $13.71 billion in March, while imports fell 13.4 percent (y/y) to USD $12.58 billion.

    Lanjut baca ›

  • Interest Rate Environment Left Unchanged By Bank Indonesia

    The central bank of Indonesia (Bank Indonesia) decided to maintain its key interest rate (BI rate) at 7.50 percent at Tuesday’s Board of Governors’ Meeting (14 April 2015). The institution also left its deposit facility and lending facility at 5.50 percent and 8.00 percent, respectively. Bank Indonesia considers this level to be effective in order to push the country’s inflation rate back into its target range of 3-5 percent (y/y) in both 2015 and 2016. It is also convinced that this interest rate environment will improve the current account balance.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah & Saham Indonesia Menguat setelah Pertemuan Federal Reserve

    Saham di Indonesia dan nilai tukar rupiah menguat tajam pada hari Kamis (19/03) setelah Federal Reserve menunda menaikkan suku bunga acuannya dalam Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) selama dua hari yang berakhir pada hari Rabu (18/03) karena inflasi Amerika Serikat (AS) masih rendah sedangkan pertumbuhan ekonomi AS sedikit melambat. Bank sentral AS menberikan sinyal bahwa Fed tidak terburu-buru untuk menaikkan suku bunga acuannya. Di sisi lain, Fed juga menghapuskan kata 'sabar' dari panduannya untuk suku bunga (yang berada dalam posisi paling rendah sejak akhir 2008).

    Lanjut baca ›

  • Bank Sentral Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan di 7,50% di Maret

    Bank Sentral Indonesia (Bank Indonesia) memutuskan untuk tetap menjaga suku bunga acuannya pada 7,5% sebagai hasil keputusan pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang dilakukan hari ini. Suku bunga overnight deposit facility dan suku bunga lending facility dipertahankan masing-masing 5,5% dan 8%. BI menganggap bahwa kondisi suku bunga saat ini sesuai dengan targetnya untuk mendorong inflasi ke dalam target antara 3,0% sampai 5,0% dalam basis year on year (y/y) di tahun 2015 dan mengurangi defisit neraca transaksi berjalan Indonesia antara 2,5% sampai 3,0% dari produk domestik bruto (PDB).

    Lanjut baca ›

  • Pemerintah Indonesia Perangi Defisit Transaksi Berjalan

    Setelah serangkaian data ekonomi yang baik (terutama data tenaga kerja di Amerika Serikat) pasar menduga Federal Reserve akan menaikkan tingkat suku bunganya pada kuartal kedua atau ketiga tahun ini dan karenanya dollar Amerika Serikat (AS) dapat bullish momentum (hampir menjadi posisi tertinggi selama 11 tahun terakhir). Karena prediksi yield yang lebih tinggi di AS, modal kembali masuk ke negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini. Pada saat yang sama, hal ini menimbulkan kerugian besar pada mata uang di negara-negara berkembang, termasuk nilai tukar rupiah yang turun 6% terhadap dollar AS pada tahun ini.

    Lanjut baca ›

  • Trade Balance Indonesia Update: BI Expects $500 Million February Surplus

    The central bank of Indonesia (Bank Indonesia) expects that the country’s trade balance will show a USD $500 million surplus in February 2015 on the back of increased manufacturing exports, the higher price of crude palm oil, and lower oil imports. In January, Indonesia’s trade balance recorded a USD $710 million surplus, divided into a USD $748 million surplus in the non-oil & gas trade balance and a USD $38.6 million deficit in the oil & gas trade balance.

    Lanjut baca ›

  • Penurunan Drastis Rupiah Indonesia: Jatuh ke Rp 13,200 per Dollar AS

    Di Indonesia, lampu sorot tetap tajam terfokus pada pelemahan drastis rupiah. Karena semakin berkembangnya spekulasi bahwa US Federal Reserve akan segera menaikkan tingkat suku bunga pinjamannya, aset-aset pasar berkembang (baik mata uang maupun saham) cenderung melemah. Walau sebagian besar mata uang Asia melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), rupiah lebih rentan karena Indonesia sedang mengalami defisit transaksi berjalan yang besar. Hal ini menginformasikan kepada para investor bahwa negara ini bergantung pada capital inflows dari negara-negara asing.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Current Account Deficit

  • Apakah Bank Indonesia Memiliki Ruang untuk Memotong Suku Bunga Acuannya?

    Karena tingkat inflasi Indonesia telah menurun menjadi 6,25% pada basis year-on-year (y/y) pada bulan Oktober 2015 dari 6,83% (y/y) di bulan sebelumnya, dan karena inflasi Indonesia akan semakin menurun secara mencolok di dua bulan terakhir tahun 2015 yang disebabkan oleh menghilangnya dampak dari kenaikan harga bahan bakar bersubsidi pada November 2014, bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) tampaknya memiliki ruang untuk memotong suku bunga acuannya yang relatif tinggi saat ini, sehingga memungkinkan akselerasi aktivitas ekonomi.

    Lanjut baca ›

  • Why Moody’s Investors Service Cut its Forecast for Indonesia’s Economic Growth?

    Global credit rating agency Moody’s Investors Service cut its forecast for economic growth in Indonesia this year from five percent (y/y) to 4.7 percent (y/y) due to the perceived hard landing of China’s economy in combination with sluggish conditions in Japan and the Eurozone. Weak demand from China, the world’s second-largest economy and the top trading partner of Indonesia, is expected to continue to plague Indonesian exports and earnings.

    Lanjut baca ›

  • Press Release Bank Indonesia: BI Rate Held at 7.50% in August 2015

    During Bank Indonesia’s Board of Governors it was decided on 18th August 2015 to hold the BI Rate at 7.50 percent, while maintaining the Deposit Facility rate at 5.50 percent and the Lending Facility rate at 8.00 percent. The decision is consonant with efforts to control inflation within the target corridor of 4±1 percent in 2015 and 2016. In the short term, Bank Indonesia (BI) is focused on efforts to stabilize the rupiah amid uncertainty in the global economy, by optimizing monetary operations in the rupiah and the foreign exchange market.

    Lanjut baca ›

  • Penjelasan Defisit Transaksi Berjalan Indonesia

    Sejak akhir 2011 Indonesia telah dibebani oleh defisit transaksi berjalan struktural yang menguatirkan baik para pembuat kebijakan maupun para investor (asing). Meskipun pihak berwenang di Indonesia telah mengimplementasikan reformasi kebijakan dan penyesuaian perekonomian di beberapa tahun terakhir, defisit transaksi berjalan Indonesia hanya sedikit berubah di 2015. Baik Bank Dunia maupun Bank Indonesia memprediksi bahwa defisit transaksi berjalan akan tetap berada sedikit di bawah 3% dari produk domestik bruto (PDB) di 2015, sangat dekat dengan batasan yang memisahkan defisit yang sustainable dan yang unsustainable.

    Lanjut baca ›

  • Stocks and Rupiah Update Indonesia: A Vicious Downward Spiral?

    Both Indonesian stocks and the rupiah continued to slide on Thursday (04/06) and seem to be caught in a vicious downward spiral brought about by both domestic and international factors. Indonesia’s benchmark stock index (Jakarta Composite Index) fell 0.68 percent to close at a five-week low of 5,095.82 points, while the rupiah depreciated 0.39 percent to IDR 13,281 per US dollar (Bloomberg Dollar Index), a level last seen in the late 1990s when the country was plagued by the Asian Financial Crisis.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Stocks & Rupiah: Gaining on S&P Rating Outlook Upgrade

    Although most emerging market stocks fell, Indonesian stocks and the rupiah showed a solid performance on Thursday (21/05). The rupiah appreciated 0.40 percent to IDR 13,122 per US dollar according to the Bloomberg Dollar Index, while the benchmark stock index of Indonesia (Jakarta Composite Index) rose 0.39 percent to 5,313.21 points. Most emerging stocks fell due to weak data from China (despite a series of stimulus). However, Indonesian stocks were supported by news about its credit rating and dividend announcements.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah & Saham Melemah Menjelang Pertemuan Kebijakan Bank Indonesia

    Para investor jelas sedang menunggu hasil-hasil dari Pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia yang diadakan pada hari ini (19/05). Dalam pertemuan kebijakan ini, bank sentral Indonesia akan memutuskan pendekatan moneternya. Bagi banyak pelaku pasar, merupakan hal yang penting dan krusial untuk mempelajari apakah Bank Indonesia akan menyesuaikan kebijakan suku bunganya dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia (yang telah mencapai kecepatan terlambat dalam lima tahun terakhir di kuartal 1 tahun 2015).

    Lanjut baca ›

  • Pressures on Indonesia’s Rupiah to Continue in the First Half of 2015

    The central bank of Indonesia (Bank Indonesia) stated that, besides global volatility caused by uncertainty about the timing of higher US interest rates, the rupiah has been - and remains - under pressure due to Indonesia’s increasing private sector debt and the wide current account deficit. Moreover, as subsidiaries of multinational companies in Indonesia tend to send back dividends to the foreign parent companies in the second quarter (implying rising US dollar demand), the rupiah is plagued by additional pressures up to June.

    Lanjut baca ›

  • Interest Rate Environment: Why Bank Indonesia Left it Unchanged?

    Indonesia’s central bank (Bank Indonesia) decided to hold the country’s key interest rate (BI rate) at 7.50 percent, the deposit facility rate at 5.50 percent, and the lending facility rate at 8.00 percent at the Board of Governor’s Meeting conducted on Tuesday 17 March 2015. Bank Indonesia said that its decision is in line with its ongoing efforts to push inflation back to the target range of 4±1 percent for both 2015 and 2016, and to guide the country’s current account deficit towards a healthier level at 2.5-3 percent of GDP in the medium term.

    Lanjut baca ›

  • Ekonomi Indonesia: Inflasi, Suku Bunga, Perdagangan & Update Rupiah

    Indeks harga konsumen Indonesia turun di bulan Februari 2015, mencatat deflasi 0,36% dalam basis month-on-month (m/m), sementara tingkat inflasi tahunan (y/y) nasional berkurang menjadi 6,29%, turun dari 6,96% (y/y) di bulan sebelumnya. Tekanan-tekanan inflasi berkurang terutama karena menurunnya harga cabai dan bahan bakar. Berkurangnya tingkat inflasi di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini bisa menyediakan ruang bagi bank sentral (Bank Indonesia) untuk memotong suku bunga lebih lanjut di tahun ini.

    Lanjut baca ›

No business profiles with this tag