• Indonesia's Budget Deficit Estimated to Reach 2.2% of GDP in 2015

    Indonesia's budget deficit could rise to 2.2 percent of the nation's gross domestic product (GDP) in 2015 (from a projected 1.9 percent of GDP) as the government's tax revenue may fall short of its target. Based on the revised 2015 State Budget, the government targets to collect IDR 1,489 trillion (approx. USD $110 billion) worth of tax money this year. However, as of August 2015 tax revenue collection stood at 45.8 percent of the 2015 target (or approx. IDR 593 trillion).

    Lanjut baca ›

  • Newsletter Indonesia Investments Edisi 13 September 2015 Diterbitkan

    Pada 13 September 2015, Indonesia Investments menerbitkan edisi terbaru dari newsletternya. Newsletter gratis ini, yang dikirimkan kepada para pelanggan kami sekali seminggu, berisi berita-berita paling penting dari Indonesia yang telah dilaporkan di website kami dalam tujuh hari terakhir. Kebanyakan topik berkaitan dengan isu-isu ekonomi seperti paket kebijakan ekonomi pemerintah, stabilitas keuangan negara ini, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), pertambangan batubara, minyak sawit mentah, dan banyak lagi.

    Lanjut baca ›

  • Hasil Produksi Kopi Indonesia Terpengaruh El Nino, Para Pedagang Berpindah ke Robusta Vietnam

    Kebanyakan pedagang memprediksi bahwa produksi kopi Indonesia akan mendapat dampak negatif dari fenomena cuaca El Nino. Karena kekuatiran tentang hasil produksi robusta Indonesia musim 2016/2017, para pemanggang kopi dari Eropa dilaporkan bersiap-siap untuk meningkatkan impor dari Vietnam (penghasil biji robusta terbesar dunia), atau biji arabika berkualitas rendah dari Brazil (penghasil biji arabika terbesar di dunia).

    Lanjut baca ›

  • Indonesia’s 10-Year Bond Yield Climbs to a 5-Year High

    Based on data from the Inter Dealer Market Association, Indonesia’s ten-year sovereign bond yield climbed 31 basis points since 4 September 2015 to 9.24 percent, its highest level since 2010, on Friday morning (11/09) amid concern about the ailing rupiah. The rupiah has been under pressure as emerging market currencies have become unattractive ahead of a looming US interest rate hike and China’s recent decision to devalue its yuan (triggering concern about a currency war among Asia’s emerging currencies).

    Lanjut baca ›