Gandi Sulistyanto, Managing Director dari Sinarmas Group Holding, mengatakan bahwa selama periode delapan tahun OKI akan mendapatkan pembebasan pajak pendapatan, kemudian ditambah dengan dua tahun lagi di mana pajak pendapatan akan dipotong 50%. Sulistyanto mengatakan kini OKI dapat berfokus dalam menyelesaikan pabrik kertas baru di Kabupaten Ogan Komering Ilir (Sumatra Selatan) dan juga infrastruktur pendukung tambahan seperti jalan-jalan baru (yang juga dapat digunakan oleh penduduk lokal). Proyek-proyek ini, yang membutuhkan investasi bernilai kira-kira 2 miliar dollar Amerika Serikat (AS), seharusnya selesai pada akhir 2016.

Sinar Mas Group, didirikan pada tahun 1962, adalah salah satu konglomerat terbesar di Indonesia dengan aktivitas di berbagai sektor seperti bubur kertas & kertas, real estate, jasa keuangan, agrobisnis, telekomunikasi, dan pertambangan. Beberapa anak perusahaan dari Sinar Mas Group terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Singapura.

Libur pajak telah dihadiahkan kepada keempat perusahaan ini berdasarkan penerbitan Revisi Peraturan Menteri Keuangan No. 159/PMK.010/2015 tentang fasilitas libur pajak (direvisi pada 14 Agustus 2015) oleh Menteri Keuangan Indonesia. Peraturan yang direvisi ini menyatakan bahwa lembaga-lembaga pembayar pajak yang menyediakan investasi baru di industri-industri pionir (petrokimia, permesinan, agrikultur, transportasi maritim dan industri-industri hilir minyak & gas), dengan investasi minimum Rp 1 triliun layak mendapatkan fasilitas pemotongan pajak pendapatan (antara 10-100%) untuk periode antara 5 sampai 15 tahun. Pengecualian dibuat untuk perusahaan-perusahaan telekomunikasi. Perusahan ini bisa mengajukan libur pajak dengan investasi minimum Rp 500 miliar.

Pemerintah saat ini mempelajari permintaan-permintaan untuk insentif pajak dari Indorama Polychem Indonesia, Caterpillar Indonesia Batam, Feni Halim, Well Harvest Winning Alumina Refinery, Synthetic Rubber Indonesia, Sulawesi Mining Investment, dan Sateri Viscose International.

Pemerintah Indonesia bertekad untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi melalui investasi (asing dan domestik) baru. Sejak 2011, pertumbuhan perekonomian Indonesia telah melambat karena faktor eksternal (pertumbuhan global yang lambat dan lemahnya harga komoditi) dan faktor internal (tingkat suku bunga yang tinggi). Pada kuartal kedua tahun 2015, pertumbuhan produk domestik bruto Indonesia jatuh ke level terendah selama enam tahun terakhir pada 4,67% (y/y). Baru-baru ini, Menteri Keuangan Indonesia Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa Pemerintah mendorong pengembangan industri hilir hasil sumberdaya alam yang memiliki pasar domestik yang besar (yang termasuk sektor-sektor telekomunikasi, maritim, dan minyak & gas). Indonesia saat ini masih terlalu bergantung pada ekspor komoditi-komoditi mentah (yang membuat negara ini sangat rentan pada efek volatilitas harga-harga komoditi di pasar komoditi global).

Libur Pajak Diberikan kepada Empat Perusahaan ini:

Perusahaan Nilai Investasi
Ogan Komering Ilir Pulp & Paper Mills USD $2 billion
Unilever Oleochemical Indonesia USD $82 million
Energi Sejahtera Mas USD $200 million
Petrokimia Butadine Indonesia USD $120 million

Di antara keempat perusahaan yang diberikan libur pajak, OKI memiliki rencana investasi berjumlah terbesar karena akan mengembangkan pabrik baru serta infrastruktur yang mendukung di sebuah wilayah yang dikategorikan sebagai “wilayah terpencil”.

Bahas