• Industri Manufaktur Indonesia Berkontraksi selama 15 Bulan Berturut-turut

    Survei terbaru dari Nikkei menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama 15 bulan berturut-turut. Pada bulan terakhir tahun 2015 aktivitas pabrik di Indonesia menunjukkan pembacaan 47,8, meningkat dari pembacaan 46,9 pada bulan November, namun tetap ada di bawah level 50,0 yang memisahkan kontraksi dari ekspansi. Sejak Oktober 2014, purchasing managers’ index (PMI) manufaktur Indonesia telah berkontraksi.

    Lanjut baca ›

  • Pertumbuhan Ekspor Sepatu Indonesia Berlanjut di 2016

    Sementara pasar domestik tetap lamban, ekspor alas kaki dan produk sepatu Indonesia menunjukkan tren yang lebih positif. Asosiasi Alas Kaki Indonesia (Aprisindo) memperkirakan ekspor alas kaki nasional naik 6,8% pada basis year-on-year (y/y) menjadi 4,7 miliar dollar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2015. Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Perdagangan di Indonesia, ekspor alas kaki/sepatu Indonesia mencapai 3,66 miliar dollar AS pada periode bulan Januari-Oktober 2015, naik 10% dari ekspor pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Eddy Widjanarko, Ketua Aprisindo, menambahkan bahwa ekspor telah meningkat baik dari segi nilai dan volume.

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham Indonesia: Prognosis Indeks Harga Saham Gabungan Bulan Januari

    Tahun lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 12,13% sehingga berakhir pada 4,593.01 poin pada 30 Desember 2015 di tengah ketidakpastian global yang parah akibat ancaman pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi yang besar dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Hari ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memasuki hari perdagangan pertamanya di tahun baru. Apa yang kita harapkan dari kinerja saham Indonesia di Januari 2016?

    Lanjut baca ›

  • Ekonomi Indonesia Tahun 2015: Kegagalan Mencapai Kebanyakan Target

    Kementerian Keuangan Indonesia mengeluarkan pernyataan pada hari Minggu (3/1) yang menyatakan bahwa Indonesia gagal memenuhi sebagian besar target ekonomi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015. Alasan utama dari lemahnya kinerja adalah harga komoditi yang rendah, pertumbuhan ekonomi global yang lesu, perlambatan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT), dan arus keluar modal yang dipicu oleh pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve Amerika Serikat (AS). Hanya realisasi inflasi dan hasil treasury yield yang sejalan dengan target pemerintah.

    Lanjut baca ›