Pada bulan Mei 2014, Garuda Indonesia meluncurkan rute penerbangan langsung antar ibukota Jakarta dan Amsterdam dalam rangka mempercepat waktu perjalanan antar kedua kota. Karena hubungan historis antara Indonesia dan Belanda ada banyak permintaan untuk perjalanan udara antara kedua negara. Meskipun begitu, para penumpang selalu terpaksa menghabiskan beberapa jam (transit) di bandara-bandara Kuala Lumpur, Singapura atau Abu Dhabi sebelum melanjutkan perjalanan. Penerbangan langsung, yang saat ini masih melayani rute tersebut lima hari seminggu, bisa mengantarkan penumpang udara dalam waktu 14 jam saja.

Novianto Herupratomo, Direktur Operasional Garuda Indonesia, mengatakan bahwa kombinasi antara kapal yang terisi penuh dan kualitas landasan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta berarti Garuda tidak bisa menjual semua kursi di Boeing 777ER yang bertubuh lebar karena ini akan membahayakan keamanan penumpang penerbangan. Meskipun begitu, dia juga menambahkan bahwa penerbangan langsung dari Amsterdam ke Jakarta kemungkinan akan dilanjutkan karena rute ini biasanya kurang populer dan karenanya pesawat membawa jumlah penumpang yang lebih sedikit. Rute Jakarta-Amsterdam, di sisi lain, mungkin membutuhkan perhentian di Singapura untuk memenuhi persyaratan keamanan.

Solusi lain adalah memperbaiki kualitas landasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, yang berlokasi dekat dengan Jakarta. Operator bandara sedang mempelajari sebuah rencana untuk menempatkan lapisan aspal baru di atas landasan saat ini.

Sebelum memperkenalkan rute penerbangan langsung Jakarta-Amsterdam, Garuda Indonesia menggunakan Airbus 330-200 dengan perhentian di Abu Dhabi untuk melayani rute (tidak langsung) ini. Di Juni 2013, perusahaan carrier berbendera nasional ini menerima Boeing 777ER pertama senilai 150 juta dollar AS (saat ini Garuda memiliki 6 Boeing 777ERs dan tiga lagi dijadwalkan untuk tiba di 2015) untuk penerbangan jarak jauh. Penerbangan berefisiensi bahan bakar ini memiliki total 314 kursi penumpang.

Bahas