Inflasi Indonesia berakselerasi menjadi 7,26% pada basis year-on-year (y/y) pada bulan Juni 2015 akibat kenaikan harga bahan pangan (karena bulan Ramadan) dan pemulihan harga minyak mentah global pada tahun ini. Bank sentral bertekad untuk mendorong inflasi kembali ke cakupan targetnya antara 3% sampai 5% (y/y) pada akhir tahun.

 Inflasi di Indonesia:

Bulan  Monthly Growth
          2013
 Monthly Growth
          2014
 Monthly Growth
          2015
Januari          1.03%          1.07%         -0.24%
Februari          0.75%          0.26%         -0.36%
Maret          0.63%          0.08%          0.17%
April         -0.10%         -0.02%          0.36%
Mei         -0.03%          0.16%          0.50%
Juni          1.03%          0.43%          0.54%
Juli          3.29%          0.93%
Augustus          1.12%          0.47%
September         -0.35%          0.27%
Oktober          0.09%          0.47%
November          0.12%          1.50%
Desember          0.55%          2.46%
Total          8.38%          8.36%          0.96%

Sumber: BPS

Inflasi di Indonesia 2008-2014:

     2008    2009    2010    2011    2012    2013    2014
Inflasi
(annual percent change)
    9.8     4.8     5.1     5.4     4.3     8.4     8.4

Sumber: Bank Dunia

Sementara itu, rupiah - sejalan dengan kebanyakan mata uang lain - telah dibebani oleh momentum bullish dollar AS sejak Mei 2013 karena pengetatan moneter di AS. Minggu lalu Ketua Federal Reserve Janet Yellen mengatakan bahwa dia memprediksi suku bunga AS akan dinaikkan dalam waktu mendatang di tahun ini, mengimplikasikan tekanan yang semakin besar pada mata uang yang global, terutama mata uang dari negara-negara berkembang seperti rupiah. Sejauh ini di tahun ini, rupiah memiliki performa terburuk kedua di antara negara-negara berkembang Asia (setelah ringgit Malaysia). Rupiah telah melemah 7,1% terhadap dollar AS antara 1 Januari sampai 14 Juli 2015.

Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):

| Source: Bank Indonesia

Komitmen Bank Indonesia untuk posisi moneter yang ketat menunjukkan bahwa institusi ini lebih memilih stabilitas makroekonomi dibandingkan akselerasi pertumbuhan ekonomi. Berbagai pemain bisnis dan juga Pemerintah telah meminta bank sentral untuk memotong suku bunga acuannya dalam rangka membuat ruang untuk percepatan pertumbuhan ekonomi (yang telah melambat ke tingkat terendah selama 6 tahun pada 4,71% pada basis year-on-year di kuartal 1 tahun 2015). Daripada memotong BI rate (yang akan memberikan tekanan lebih lanjut pada rupiah Indonesia), Bank Indonesia lebih memilih untuk meringankan persyaratan uang muka untuk pembelian mobil, sepeda motor, dan properti dalam usaha untuk mendongkrak pertumbuhan kredit dan ekspansi ekonomi.

BI Rate Bank Indonesia:

Bank Indonesia juga mengumumkan bahwa pertumbuhan pinjaman di Mei 2015 berada pada 10,4% (y/y), relatif tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Bank sentral menargetkan pertumbuhan pinjaman pada cakupan 11-13% (y/y) di 2015. BI memprediksi pertumbuhan kredit akan berakselerasi di pertengahan kedua tahun ini karena peningkatan aktivitas perekonomian dan kebijakan makroprudensial bank sentral yang lebih longgar.

Bahas