• Update Mata Uang: Mengapa Rupiah Indonesia Mengalami Kenaikan?

    Rupiah Indonesia meneruskan penguatan yang luar biasa pada hari Selasa (22/12). Mata uang ini naik 0,98% menjadi Rp 13.672 per dollar Amerika Serikat (AS) pada pukul 11:10 Waktu Indonesia Barat (Bloomberg Dollar Index). Rupiah telah pulih dari level rendahnya pada Rp 14.123 per dollar AS pada hari Senin 14 Desember menjadi Rp 13.672 per dollar AS, naik 3,2% dalam waktu sekitar satu minggu. Ada beberapa hal yang menjelaskan kinerja yang luar biasa ini.

    Lanjut baca ›

  • Tantangan Terus Menerus untuk Produsen Rokok Indonesia

    Tahun 2015 adalah tahun yang sulit bagi industri rokok Indonesia karena terjadi kenaikan cukai sebesar 8,7% untuk produk-produk tembakau pada awal tahun 2015 dan melemahnya daya beli masyarakat akibat perlambatan ekonomi negara ini. Pada sembilan bulan pertama tahun 2015 penjualan rokok di Indonesia jatuh 1,3% pada basis year-on-year (y/y) menjadi 232 miliar rokok. Tahun depan, tantangan-tantangan akan tetap ada karena Pemerintah Indonesia mempersiapkan kenaikan pajak tembakau yang baru (23%). Kendati begitu, daya beli masyarakat diprediksi membaik karena pertumbuhan ekonomi mungkin berakselerasi.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Indonesia Menguat Tajam Kendati Proyeksi Pesimis

    Rupiah Indonesia menguat secara signifikan terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pada hari Senin (21/12) kendati ada prediksi bahwa rupiah akan menjadi mata uang dengan performa terburuk di Asia pada tahun 2016 akibat capital outflows (karena suku bunga AS direncanakan akan semakin dinaikkan pada tahun 2016), cadangan devisa Indonesia yang menurun, dan harga-harga komoditi yang terus-menerus rendah. Berdasarkan pada Bloomberg Dollar Index, rupiah telah menguat 1,13% menjadi Rp 13.760 per dollar AS pada pukul 14:20 Waktu Indonesia Barat (WIB) pada hari Senin (21/12).

    Lanjut baca ›

  • Harga Minyak Mencapai Level Terendah Selama 11 Tahun, Batubara & Gas Tertekan

    Meskipun musim dingin telah tiba, harga minyak dunia masih menurun. Hari ini (21/12), harga minyak mentah Brent jatuh ke level terendah sejak 2004 karena kekuatiran yang berkelanjutan tentang berlimpahnya suplai global karena Energy Information Administration melaporkan bahwa suplai minyak mentah AS naik 4,8 juta barel menjadi 490,7 juta pada minggu kedua bulan Desember, sementara tingkat produksi OPEC mencapai 31,7 juta barel per hari (bph) pada bulan November 2015. Sementara itu, permintaan minyak diperkirakan akan turun di tahun 2016. Sebagai contoh, konsumsi minyak di AS diperkirakan akan turun menjadi 1,2 juta bph tahun depan, dari 1,8 bph pada tahun 2015.

    Lanjut baca ›