• Indonesia's Low Electricity Price Discourages Investment in Geothermal Energy

    Indonesia's push for usage of renewable energy sources, particularly geothermal energy, at the expense of usage of fossil fuels (such as oil or coal) has experienced a setback as there has been an impasse between state-owned electricity company Perusahaan Listrik Negara (PLN) and Pertamina Geothermal Energy (PGE), a subsidiary of state-owned energy company Pertamina regarding the renewal of their power purchase deal for electricity generated by PGE's Lahendong and Kamojang plants. The existing deal expires at the end of the year.

    Lanjut baca ›

  • Industri Kakao Indonesia: Tantangan bagi Petani Kakao Lokal

    Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) memperkirakan ekspor kakao Indonesia akan menurun 37% menjadi 25.000 ton pada tahun 2016 dari estimasi 40.000 ton pada tahun ini. Dengan demikian, ekspor kakao Indonesia tetap akan menurun. Pada tahun 2014 Indonesia masih mengekspor senilai total 63.334 ton kakao. Ekspor kakao negara ini telah jatuh karena pemerintah menetapkan rezim pajak yang lebih ketat sejak pertengahan 2014. Pajak ekspor kakao sebesar 10%, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% dan pajak penghasilan sebesar 0,5%. Sementara itu, produksi kakao dalam negeri yang rendah juga ikut menyebabkan kinerja ekspor yang lebih rendah.

    Lanjut baca ›

  • Pertambangan Batubara : Harga Referensi Batubara Indonesia Menyentuh Level Terendah

    Harga Batubara Acuan (HBA), harga referensi batubara termal yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, melemah 1,69% pada basis month-to-month (m/m) menjadi 53,51 dollar Amerika Serikat (AS) per metrik ton (FOB) pada bulan Desember 2015, menyentuh level terendah baru dalam sejarah sejak harga referensi ini mulai diberlakukan pada Januari 2009. Supriatna Suhala, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), mengatakan harga batubara rendah disebabkan oleh banjir pasokan global dikombinasikan dengan pertumbuhan ekonomi global yang lesu.

    Lanjut baca ›

  • Update Mata Uang: Mengapa Rupiah Indonesia Mengalami Kenaikan?

    Rupiah Indonesia meneruskan penguatan yang luar biasa pada hari Selasa (22/12). Mata uang ini naik 0,98% menjadi Rp 13.672 per dollar Amerika Serikat (AS) pada pukul 11:10 Waktu Indonesia Barat (Bloomberg Dollar Index). Rupiah telah pulih dari level rendahnya pada Rp 14.123 per dollar AS pada hari Senin 14 Desember menjadi Rp 13.672 per dollar AS, naik 3,2% dalam waktu sekitar satu minggu. Ada beberapa hal yang menjelaskan kinerja yang luar biasa ini.

    Lanjut baca ›