Hari ini diumumkan bahwa inflasi konsumen Oktober RRT menurun menjadi (di bawah perkiraan) 1,3% pada basis year-on-year (y/y), dibandingkan dengan 1,6% (y/y) di bulan sebelumnya. Para analis mengklaim bahwa RRT kini menghadapi tekanan deflasi, meskipun hal ini juga menyebabkan spekulasi bahwa semakin banyak stimulus Pemerintah yang diprediksi akan terjadi.

Pasar Asia mengikuti kejatuhan kira-kira 1% dari indeks-indeks di Amerika Serikat (AS) pada hari Senin, penurunan signifikan yang pertama dalam waktu enam bulan terakhir karena para investor kuatir mengenai melambatnya pertumbuhan ekonomi global akibat kemacetan ekonomi di Republik Rakyat Tiongkok (RRT), sementara bank sentral AS mungkin menaikkan biaya suku bunga AS sebesar 25 basis poin sebelum akhir tahun.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG):

Dollar AS sedikit melemah terhadap mayoritas mata uang pasar berkembang di Asia, maka sedang 'istirahat' setelah menguat cukup tajam selama beberapa hari sebelumnya karena kenaikan non-farm payrolls AS pada bulan Oktober, dirilis minggu yang lalu. Dalam kombinasi dengan angka pengangguran AS telah jatuh menjadi 5.0 persen, pasar sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi Fed Fund Rate hike pada bulan Desember.

Based on the Bloomberg Dollar Index, the Indonesian rupiah appreciated 0.18 percent to IDR 13,619 per US dollar. Meanwhile, Bank Indonesia's benchmark rupiah rate (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, abbreviated JISDOR) appreciated 0.50 percent to IDR 13,619 per US dollar on Tuesday (10/11).

Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):

| Source: Bank Indonesia

Kementerian Keuangan Indonesia mengumumkan bahwa lembaga ini akan menjual obligasi bernilai Rp 9 triliun dalam sebuah lelang pada hari Selasa (10/11), di atas target indikatif sebesar Rp 6 triliun, dengan total tawaran yang masuk sejumlah Rp 13,68 triliun. Rasio bid-to-cover tertinggi adalah 1,84 untuk t-bills dengan periode waktu 1 tahun.

Bahas