Sentimen ini pun disambut meriah oleh bursa. Saham Bank Jago pun bergerak ‘liar’ sejak saat itu. Apalagi saat di akhir 2020, Decacorn ride hailing Gojek turut menjadi pemegang saham bank Jago. Isu pun menggema bahwa Bank Jago akan menjadi bank digital yang mengelola dana para pengguna Gopay (layanan uang elektronik dari Gojek).


Pemegang Saham Bank Jago:

Pemegang Saham Persen
PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia 37.65%
Wealth Track Technology Limited 13.35%
PT Dompet Karya Anak Bangsa 22.16%
Masyarakat Umum 26.84%

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)

Di pertengahan Februari 2021, saham si kecil kini masuk dalam jajaran saham big cap (yaitu saham dengan nilai kapitalisasi di atas Rp 100 triliun) di Bursa Efek Indonesia, dengan nilai kapitalisasi mencapai Rp 103 triliun. Masa depannya pun nampak makin cerah setelah badan investasi pemerintah Singapura, Government of Singapore Investment Corporation Pte Ltd (GIC), juga bersiap menjadi pemegang saham baru Bank Jago pada kuartal I-2021. GIC telah menyatakan komitmennya untuk menyerap sebagian saham baru Bank Jago, yang akan diterbitkan melalui rights issue, dengan menyuntikkan dana sekitar Rp 3,15 triliun.


Kinerja Saham Bank Jago Selama 12 Bulan Terakhir:


Kini harga saham PT Bank Jago Tbk berada di rentang level Rp 9.500 – Rp 10.500, harga yang cukup premium jika melihat level IHSG yang kini baru berada di 6.000-an. Harga yang tercipta entah karena potensinya yang besar atau ekspektasi investor yang terlalu berlebihan, karena label bank digital yang kini disandang Bank Jago. Yang jelas, nilai saham ini jauh melampaui saham bank-bank BUKU III dan IV (hanya belum melampaui harga saham Bank Central Asia di level Rp 30.000-an).


Bank Jago - Gopay, Simbiosis Mutualisme

Bagaimana peran Bank Jago terhadap Gopay (maupun sebaliknya) kelak, belum pernah diungkap ke publik. Namun sebagai fintech, Gopay yang bukanlah institusi perbankan tidak bisa memperluas layanan lebih jauh. Padahal dengan segala keterbatasannya, Gopay yang baru beroperasi selama 5 tahun telah menjangkau sekitar 200 kabupaten/kota di Indonesia. Gojek pun pernah mengklaim transaksi di Gopay sepanjang 2020 mencapai sekitar Rp 170 triliun sepanjang 2020.

Bayangkan jika Bank Jago menjadi pintu bagi Gopay untuk memperluas jaringan layanannya – seperti dalam hal transfer dana hingga pemberian kredit bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Head of Corporate Communications Gopay, Winny Triswandhani, pernah mengatakan di mana total merchant Gopay saat ini telah mencapai lebih dari 500 ribu merchant, sekitar 95% di antaranya adalah merchant UMKM. Di sisi lain, potensi dana kelolaan pihak ketiga pun terlihat menjanjikan dengan keberadaan 38 juta pelanggan yang aktif menggunakan aplikasi Gojek. Andaikan para pengguna aktif ini mengisi saldo Gopay (top-up) sebesar Rp 500 ribu per bulan, maka setidaknya Gopay telah memegang Rp 19 triliun setiap bulannya.

Lalu apa untungnya bagi Bank Jago? Mengingat bank ini diperuntukkan menjadi bank digital, kerja samanya dengan Gopay akan mempermudah metamorfosisnya melalui transfer teknologi. Jika benar skema ini yang digunakan, tentunya akan menjadi win-win solution untuk keduanya.

Penulis: Elizabet Siregar

Bahas