Masalah yang paling problematik adalah bahwa perekonomian RRT, negara yang membeli hampir setengah dari kargo-kargo batubara dan bijih di dunia, diperkirakan terus melambat menyentuh level pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam 25 tahun terakhir pada tahun 2015. Sementara itu, para pembuat kebijakan di RRT menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7% (year-on-year) untuk tahun ini, target pertumbuhan RRT yang paling rendah selama 15 tahun terakhir. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di RRT, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia dan mitra dagang paling penting bagi Indonesia, membawa dampak-dampak negatif karena permintaan akan produk-produk ekspor Indonesia menurun tajam dan menyebabkan tekanan pada neraca perdagangan Indonesia (dan juga neraca transaksi berjalan Indonesia) serta nilai tukar rupiah. Sementara itu, para eksporter Indonesia yang bergantung pada permintaan dari RRT akan mengalami penurunan pendapatan.

Karena kelebihan suplai di pasar RRT, permintaan batubara di Cina jatuh sebanyak 22 juta ton pada 2014. Faktor-faktor lain yang berkontribusi pada perlambatan permintaan batubara dari RRT adalah beberapa kebijakan baru yang bertujuan membatasi impor batubara, termasuk pajak impor batubara yang baru menerapkan pajak impor 6% untuk batubara termal dan juga kontrol-kontrol kualitas yang baru. terlebih lagi, Perdana Menteri RRT Li Keqiang mengatakan bahwa RRT, negara konsumen energi terbesar di dunia, berniat mengurangi intensitas energi (yang merupakan jumlah energi yang digunakan untuk tiap unit Produk Domestik Bruto-nya) sebanyak 3,1% pada tahun ini. Ini berarti pengurangan pengunaan tahunan dari batubara sebanyak 176 juta ton. Selain ingin mengurangi polusi, RRT ingin mengurangi impor batubara dari negara asing untuk mendukung industri batubara domestiknya yang didanai dengan hutang. Pada dua bulan pertama di 2015, impor batubara RRT berjumlah 32 juta ton, menurun 45,3% dari periode yang sama di 2014.

Harga batubara acuan (HBA) yang digunakan Pemerintah Indonesia menurun 27% pada 2014. Tahun ini, HBA terus menurun karena kelebihan suplai global. Pada Februari 2015, kisaran harga ada di 63 dollar Amerika Serikat (AS) per ton. Sementara itu harga batubara Newcastle yang menjadi acuan internasional turun 17% tahun lalu. Harga rata-rata menjadi 70,95 dollar AS per ton.

Menurunnya harga batubara dunia disebabkan karena kelebihan suplai dan kelebihan kapasitas di pasar. Namun, dalam upaya mengurangi dampak penurunan harga batubara, para penambang Indonesia cenderung menaikkan tingkat produksi (dan karenanya menekan harga lebih lanjut).

Karena pertumbuhan ekonomi RRT diprediksi akan terus menurun kecepatannya, prospek pendapatan industri pertambangan batubara Indonesia di 2015 dan 2016 tidak positif. Harga batubara diperkirakan akan tetap rendah (atau tidak banyak bergerak) karena kelebihan supai dan karenanya membatasi keuntungan perusahaan-perusahaan pertambangan batubara. Total produksi batubara di Indonesia diprediksi mencapai 425 juta metrik ton di 2015.

Performa Keuangan Perusahaan Batubara yang Terdaftar di BEI:

Perusahaan Net Profit – (Loss)
12 months 2014
  Growth
     yoy
Revenues
12 months 2014
  Growth
     yoy
Adaro Energy   USD 178.2 million   -23.9%   USD 3.32 billion    +1.2%
Bumi Resources
       
Golden Energy Mines   IDR 133.4 billion   -41.1%   IDR 5.19 trillion   +17.1%
Harum Energy
Indo Tambangraya Megah   USD 200.2 million    -2.3%   USD 1.94 billion   -10.6%
Samindo Resources
Tambang Batubara Bukit A.   IDR 2.02 trillion     +9%   IDR 13.08 trillion   +16.7%
Toba Bara Sejahtera   USD 18.3 million    -1.1%   USD 499.9 million   +18.5%

Berbagai sumber

Satu-satunya pengeculian di tabel di atas adalah Tambang Batubara Bukit Asam. Kendati kondisi menurun di industri batubata, perusahaan ini mendapatkan pertumbuhan 9% (y/y) di laba bersihnya yang menjadi Rp 2,02 triliun di 2014. Performa ini disebabkan karena sejumlah strategi yang sukses mengurangi ongkos produksi.

Sementara itu, seorang pejabat dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan pada hari ini bahwa produksi batubara Indonesia menurun 8% (y/y) menjadi 36 juta ton pada Januari 2015, sementara ekspor di Januari adalah 30 juta ton, naik dari 25,9 juta ton di bulan sebelumnya.

Produksi, Ekspor dan Konsumpsi Batubara Indonesia:

     2007    2008    2009    2010    2011    2012    2013    2014
Produksi     217     240     256     275     353     383     421     435
Ekspor     163     191     198     208     272     304     349     359
Domestik      61      49      56      67      80      79      72      76

dalam juta ton
Sumber: Ministry of Energy and Mineral Resources

Lanjut Baca:

Coal Mining News: Indonesia Plans to Raise Coal Royalties in March
News from Indonesia’s Coal Mining Industry: Production & Export
Coal Mining Industry Indonesia: Higher Royalties for IUP-Holders
Illegal Coal Shipments from Indonesia Form a Persistent Problem
Coal Mining in Indonesia: Safeguarding Future Energy Sources
Indonesia Coal Update: Export, Production and New License System
Overview of the Coal Mining Industry in Indonesia

Bahas