Sedikit penurunan yang terjadi pada laba bersih keseluruhan Astra International disebabkan karena pendapatan yang lebih rendah di divisi otomotif dan infrastruktur & logistik. Di sisi lain, perusahaan ini mencatat penambahan pendapatan di divisi agrobisnis, operasi kontrak pertambangan dan bisnis keuangan. Sementara itu, Astra International membukukan 4% (y/y) pertumbuhan pendapatan menjadi Rp 201,7 trilliun.

Prijono Sugiarto, Presiden Direktur Astra International, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa cost of revenue perusahaan naik 2,72% (y/y) menjadi Rp 162,89 trilliun yang disebabkan (sebagian) karena biaya-biaya umum dan administratif yang lebih tinggi dan impairment losses dari aset-aset pertambangan milik perusahaan ini. Pernyataan ini lebih lanjut menyebutkan bahwa Astra International megontrol aset-aset senilai Rp 236,03 triliun pada akhir 2014, sementara liabilitasnya mencapai Rp 115,71 triliun dan ekuitas senilai Rp 120,32 triliun.

Laba Bersih Astra International per Segmen Bisnis:

Segmen Bisnis
    2013
    2014   Change
    (Y/Y)
Otomotif    9,829    8,480    -13.7%
Jasa Keuangan    4,273    4,748    +11.1%
Alat Berat, Pertambangan & Energi    2,971    3,268     +10%
Agribisnis    1,435    1,995     +39%
Infrastruktur, Logistik & Other     748     490    -34.5%
Teknologi Informasi     161     200    +24.2%
Total   19,417   19,181      -1.2%

dalam miliar rupiah
Sumber: Astra International, Laporan Keuangan 2014

Profil Keuangan Astra International:

     2008     2009     2010     2011     2012     2013     2014
Penjualan Bersih
  97,064   98,526  129,038  162,564  188,053  193,880  201,700
Laba Bersih    9,191   10,040   14,366   17,785   19,421   19,417   19,180
Aset Total
  80,740   88,938  113,362  154,319  182,274  213,994  236,030
Liabilitas Total
  40,163   40,006   54,559   78,481   92,460  107,806  115,710

dalam miliar rupiah
Sumber: Astra International, Laporan Keuangan 2014

Sugiarto menambahkan bahwa perusahaan ini tetap berhati-hati mengenai prospek di masa mendatang karena ketidakjelasan kondisi makroekonomi eksternal di Indonesia, meningkatnya kompetisi di pasar mobil dan kemungkinan berlanjutnya harga batubara yang murah. Namun, karena grup ini memiliki sumber pendanaan yang baik, menghasilkan produk dan pelayanannya berkualitas Astra memiliki prospek solid untuk jangka panjang. Prospek perusahaan ini jangka panjang cerah terutama karena perekonomian Indonesia diduga akan bertumbuh semakin cepat.

Astra International, dikontrol oleh Grup Jardine Matheson yang berbasis di Hong Kong, dikenal karena perannya yang mendominasi di sektor otomotif Indonesia. Melalui entitas yang dikontrol bersama dengan Toyota Motor Corporation dari Jepang, perusahaan ini memilki hak eksklusif untuk mendistribusikan kendaraan-kendaraan Toyota - merek mobil yang paling populer di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara - di pasar Indonesia. Pada tahun 2014, Astra International memegang 51% pangsa pasar dalam konteks penjualan mobil di Indonesia. Namun, dalam satu dekade terakhir, pangsa pasarnya telah menurun karena persaingan yang meningkat di industri mobil Indonesia. Hal ini memicu perang diskon dan karenanya membatasi keuntungan.

Beberapa anak perusahaan kunci dari Astra International adalah:

 Astra Otoparts (komponen otomotif)
Astra Agro Lestari (minyak sawit)
Serasi Autoraya (jasa penyewaan mobil)
Astra Graphia (informasi dokumen & teknologi komunikasi)
United Tractors (peralatan berat)

Perusahaan ini menyampaikan laporan pendapatannya ke Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa menit setelah perdagangan berakhir pada hari Kamis (26/02). Namun, spekulasi bahwa pendapatannya melemah dibanding tahun lalu membuat sahamnya menurun sebanyak 1,2% ke Rp 8.050 per saham pada hari Kamis. Pada hari ini (27/02), setelah para investor bisa mempelajari laporan tersebut, penurunan berlanjut. Saham Astra International menurun 2,17% ke Rp 7.875 pada pukul 10:30 Waktu Indonesia Barat (WIB) pada hari Jumat (27/02).

Stock Quote Astra International - ASII:

Grafik saham Astra International jatuh secara tajam pada awal Juni 2012 ketika perusahaan ini melakukan stock split 1:10. Hal ini membuat saham perusahaan lebih terjangkau dan meningkatkan likuiditasnya.

Bahas