Di Kalimantan, penjualan semen jatuh 12.9 persen (t/t) menjadi 327,000 ton di bulan Januari 2015, sedangkan di Sumatra, angka penjualan jatuh 9.6 persen (t/t) menjadi 924,000 ton dari bulan yang sama tahun lalu. Penjualan di pulau Jawa, konsumen semen terbesar di antara pulau di Indonesia, masih stagnan pada angka 2.55 juta ton. Namun demikian, satu peningkatan besar dalam penjualan semen tercatat di Maluku dan Papua di bagian timur wilayah Indonesia. Di beberapa wilayah ini, penjualan semen meningkat 43.5 persen (t/t) menjadi 125.000 ton.

Santoso mengatakan bahwa ia tidak melihat pulihnya penjualan semen pada bulan Februari karena beberapa daerah di Indonesia masih terkena dampak hujan torensial. Apabila pemerintah Indonesia dapat mempercepat pelaksanaan proyek infrastruktur yang telah direncanakan, maka penjualan semen dapat menguat pada bulan Maret 2015.

Sementara itu, beberapa produsen semen Indonesia berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi. Semen Indonesia, produsen semen terbesar di Indonesia, menyisihkan Rp 6 triliun ($480 juta dolar AS) untuk pengeluaran modal (capex) pada tahun 2015 untuk membiayai perluasan pabrik semen di Rembang (Jawa Tengah) and Padang (Sumatra Barat). Langkah ini akan meningkatkan kapasitas produksi semen perusahaan menjadi 31 juta ton pada tahun 2015. Produsen semen lain yang dimiliki oleh negara (namun jauh lebih kecil), Semen Baturaja, juga berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pada tahun 2017, kapasitas produksi semen perusahaan ini akan mencapai 3.85 juta ton per tahun, sebagian didukung oleh pembangunan pabrik semen yang baru.

Beberapa hari yang lalu dilaporkan bahwa pemerintah Indonesia akan membatasi peluang investasi di dalam industri semen Indonesia dalam upaya untuk melindungi iklim usaha yang sehat untuk industri ini. Pejabat Kementerian Industri mengatakan bahwa kapasitas produksi semen Indonesia (saat ini 77 juta ton) lebih dari cukup untuk memenuhi permintaan semen dalam negeri. investasi baru, yang akan menambah kapasitas produksi semen, dapat menyebabkan penurunan marjin laba yang rendah apabila harga semen turun karena pasokan yang berlebihan.

Berdasarkan data dari ASI, penjualan semen di Indonesia berada pada angka 60 juta ton pada tahun 2014, naik 3.3 persen (t/t) dari tahun sebelumnya namun di bawah target pertumbuhan yang ditetapkan oleh ASI. Santoso mengatakan bahwa tahun politik Indonesia (mengacu pada pemilihan anggota legislatif dan presiden yang diadakan tahun 2014) dan harga komoditas utama yang rendah adalah alasan utama peruntuhan penjualan semen melambat.

Pada pertengahan bulan Januari 2015, Presiden Indonesia Joko Widodo menginstruksikan produsen semen milik negara untuk menurunkan harga semen menjadi sekitar Rp 3,000 per sak dalam upaya untuk mendorong penjualan semen dengan memudahkan masyarakat lebih luas untuk membeli semen (supaya daya beli masyarakat Indonesia menguat).

Pemimpin pasar di industri semen Indonesia adalah Semen Indonesia, Indocement Tunggal Prakarsa, Holcim IndonesiaSemen Baturaja (yang semua terdaftar di Bursa Efek Indonesia) dan perusahaan swasta Bosowa Corporation.

Penjualan Semen di Indonesia, 2008-2014:

Tahun Penjualan Semen
 Pertumbuhan
         T/T
 2014          60 juta        +3.3%
 2013          58 juta        +5.6%
 2012          55 juta       +14.6%
 2011          48 juta       +20.0%
 2010          40 juta        +4.2%
 2009         38.4 juta        +1.1%
 2008          38 juta            -

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

Bahas