Arif Wibowo, Ketua Umum INACA, mengatakan kendati harga avtur rendah pertumbuhan penumpang di Indonesia di tahun depan akan terbatas (hanya single-digit) karena rendahnya harga minyak cenderung seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah (menyebabkan daya beli masyarakat yang lebih lemah).

Wibowo menambahkan bahwa maskapai penerbangan domestik tidak perlu kuatir menjelang implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan kebijakan ASEAN Open Skies (juga dikenal dengan nama Pasar Aviasi Tunggal ASEAN). Kebijakan ASEAN Open Skies mencakup persetujuan multilateral di antara 10 negara anggota ASEAN untuk menyatukan pasar aviasi mereka menjadi satu satu pasar aviasi tunggal (karenanya meliberalisasi peraturan-peraturan ke tingkatan yang lebih tinggi) dalam rangka mendongkrak frekuensi penerbangan di wilayah ini, meningkatkan konektivitas antara pasar-pasar aviasi di kawasan ini, dan mendorong perbaikan kualitas layanan, juga menurunkan biaya-biaya tiket untuk para penumpang pesawat udara akibat meningkatnya persaingan.

Ada kekuatiran bahwa maskapai-maskapai penerbangan Indonesia tidak cukup kuat untuk menghadapi kompetisi yang semakin kuat dari masakapai-maskapai asing, terutama maskapai-maskapai dari Singapura dan Malaysia. Kendati begitu, maskapai-maskapai asing hanya akan memiliki akses ke lima bandara internasional Indonesia. Karenanya, Wibowo menyarankan maskapai-maskapai Indonesia untuk memperbaiki jaringan mereka di ratusan bandara di negara kepulauan ini untuk meningkatkan konektivitas.

Dorongan Pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur seharusnya juga mendongkrak jumlah penumpang pesawat udara di Indonesia di tahun-tahun mendatang. Pemerintah di bawah kepemimpinan Joko Widodo sangat ingin mendirikan bandara-bandara baru (bekerja sama dengan sektor swasta) dan memperbaharui bandara-bandara yang sudah ada dan juga mendongkrak dukungan infrastruktur di sekitar bandara-bandara lokal seperti jalan, jalur kereta dan pembangunan properti.

Pertumbuhan penumpang pesawat udara di Indonesia pada 8% (y/y) di periode Januari-Oktober 2015 dianggap sebagai hasil yang positif karena sejumlah tantangan terjadi di industri aviasi di tahun ini. Salah satu tantangan khusus adalah rupiah yang rapuh (yang sangat melemah sejak pertengahan 2013 karena pengetatan moneter di AS) sehingga membuat impor avtur dan spare parts pesawat udara menjadi mahal (walaupun dampak negatif dari rupiah yang lemah pada avtur dikurangi oleh jatuhnya harga minyak).

Penumpang Udara di Indonesia:

Period       2013       2014       2015
Januari-Oktober         n.a.    59.8 juta    67.5 juta
Januari-Desember    68.5 juta    72.6 juta         n.a.

Sumber: Indonesia National Air Carrier Association (INACA)

Bahas