Kebanyakan pasar di Asia turun di Senin pagi. Shanghai Composite Index Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dibuka lebih tinggi setelah libur umum selama dua hari pada akhir pekan lalu namun segera jatuh ke area merah dan melanjutkan sikap sangat tidak stabilnya. Kekuatiran mengenai RRT berlanjut setelah Badan Pusat Statistik RRT merevisi turun pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) 2014 dari 7,4% pada basis year-on-year (y/y) menjadi 7,3% (y/y) pada hari Senin. Menteri Keuangan RRT Lou Jiwei mengatakan pertumbuhan PDB negara ini dapat tetap mendekati 7% setiap tahunnya untuk empat sampai lima tahun mendatang, laju ekspansi terlambat dalam 25 tahun.

Pada hari Jumat minggu lalu (04/09), pasar Eropa dan Amerika Serikat (AS) ditutup melemah karena para investor tidak tahu bagaimana harus merespon data pekerjaan bulanan dari Pemerintah AS. Di bulan Agustus, angka pengangguran di AS jatuh ke level terendah selama 7 tahun terakhir (yang cukup layak untuk mendukung kenaikan suku bunga AS). Namun, diumumkan pula bahwa para pemberi pekerjaan di AS menambahkan lebih sedikit pekerjaan dari perkiraan sebelumnya. Ini memberikan para investor sedikit petunjuk mengenai kenaikan suku bunga AS. Data manufaktur Jerman yang mengecewakan menambahkan tekanan menurun pada saham-saham Eropa. Pada 16-17 September 2015, Federal Reserve dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan kebijakan selama dua hari untuk mendiskusikan kebijakan moneter.

Pada awal minggu ini, bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) akan mengumumkan level cadangan devisa. Karena Bank Indonesia telah sangat mengintervensi pasar selama beberapa minggu terakhir, jumlah cadangan ini kemungkinan besar terus menurun dan karenanya dapat menambahkan sentimen negatif.

Bahas