Kebanyakan saham Asia meluncur turun sementara mata uang-mata uang wilayah ini melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pada hari Jumat karena para investor berhati-hati menjelang penerbitan data pekerjaan AS (akan dirilis pada akhir hari ini). Kemarin ISM non-manufacturing PMI bulan Agustus AS lebih baik dari perkiraan (walaupun jatuh dari bulan sebelumnya) dan merupakan indikasi bahwa kondisi perekonomian AS baik. Bila data pekerjaan AS kuat di akhir hari ini, akan semakin banyak spekulasi kemungkinan kenaikan Fed Fund Rate di bulan September (meskipun banyak analis kini memprediksi kenaikan akan terjadi di Desember karena munculnya volatilitas yang luar biasa  akhir-akhir ini terkait dugaan penurunan tajam perekonomian Republik Rakyat Tiongkok dan beberapa pernyataan akhir-akhir ini dari sejumlah pejabat Fed tampaknya mengindikasikan lebih baik untuk menaikkan suku bunga AS terlalu lambat daripada terlalu cepat dalam rangka menjaga pemulihan ekonomi AS).

Berita-berita dari European Central Bank (ECB) pada hari Kamis (03/09) juga menyediakan amunisi untuk dollar AS dengan merugikan mata uang negara-negara berkembang. Presiden ECB Mario Draghi mengatakan bahwa ECB siap untuk menginjeksi lebih banyak stimulus ke zona euro bila guncangan di RRT, pertumbuhan global yang lambat, ancaman suku bunga AS, dan penurunan harga minyak baru-baru ini membahayakan pemulihan ekonomi zona euro. Akibatnya, euro dan yield obligasi euro segera melemah. Draghi menekankan bahwa pemulihan ekonomi zona euro diprediksi untuk berlanjut, walaupun dalam laju yang lebih lambat.

Sementara itu, jatuhnya harga-harga komoditi telah menyebabkan tekanan tambahan pada mata uang-mata uang pasar-pasar kunci pengekspor komoditi, seperti Indonesia.

Nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) melemah 0,18% menjadi Rp 14.178 per dollar AS pada hari Jumat (04/09).

Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):

| Source: Bank Indonesia

Bahas