Bank Indonesia akan memperkenalkan keringanan ini di Juni 2015 dalam usaha mendukung perjuangan pemerintah melawan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Sejak 2011, Indonesia - perekonomian terbesar Asia Tenggara - telah dibeban dengan pertumbuhan perekonomian yang melambat dan menyentuh titik terendah selama lima tahun pada 4,71% (y/y) di kuartal 1 tahun 2015.

Kebijakan moneter bank sentral yang berhati-hati nyatanya ikut menyebabkan lambatnya aktivitas perekonomian di Indonesia. Dengan suku bunga acuannya (BI rate) yang relatif tinggi pada 7,50% konsumsi domestik dan ekspansi bisnis dibatasi. Meskipun begitu, Bank Indonesia menahan diri dari menurunkan BI rate karena tekanan-tekanan inflasi, defisit transaksi berjalan yang lebar, dan ancaman capital outflow menjelang pengetatan moneter di AS (suku bunga AS yang lebih tinggi). Justru bank sentral memutuskan untuk meringankan persyaratan-persyaratan pinjaman dalam usaha untuk mendongkrak pertumbuhan kredit dan aktivitas perekonomian.

Bank-bank Indonesia akan diizinkan untuk menjual hipotek kepada pembeli rumah pertama dengan uang muka pada 20% adalah bank-bank yang memiliki rasio non-performing loan (NPL) kurang dari 5% dalam rangka untuk mengamankan kualitas pinjaman. Bagi kebanyankan bank-bank Indonesia, terutama yang besar (dan terdaftar), ini bukanlah masalah karena mereka umumnya memiliki rasion NPL antara 0,5% sampai 2,5%.

Martowardojo menambahkan bahwa persyaratan-persyaratan yang berbeda akan diaplikasikan pada pembeli rumah kedua dan rumah ketiga. Pada saat ini rasio loan-to-value dari hipotek untuk pembeli rumah kedua dan rumah ketiga (atau lebih banyak lagi) adalah masing-masing 60% dan 50%.

Menurut informasi terakhir dari Bank Indonesia, harga untuk properti tempat tinggal di Indonesia naik 1,4% di basis quarter-to-quarter (q/q) di kuartal 1 tahun 2015 (turun dari kecepatan pertumbuhan 1,5% q/q di kuartal sebelumnya). Data dari bank sentral juga menunjukkan bahwa pertumbuhan pinjaman di Indonesia telah melambat secara signifikan. Di Maret 2015, ekspansi kredit melambat menjadi 11,3% (y/y), turun dari 12,2% di bulan sebelumnya, dan jauh di bawah target Bank Indonesia di tahun 2015 adalah antara 15%-17%.

Serupa dengan itu, Bank Indonesia akan memperluas persyaratan deposito untuk rasio loan-to-deposit bank-bank lokal mulai dari Juni (termasuk sekuritas bank). Pada saat ini, bank sentral mengharuskan bank-bank lokal untuk menjaga rasio loan-to-deposit dalam cakupan 78-92%.

Untuk orang-orang asing, tetap sulit untuk memiliki properti di Indonesia meskipun Presiden Joko Widodo diprediksi akan mengizinkan orang-orang asing untuk membeli apartemen-apartemen mewah di kota-kota besar Indonesia dari tahun 2018 sampai selanjutya.

Bahas