Tahun lalu, produksi minyak mentah menjadi 794.000 bmph, jauh di bawah target pemerintah produksi minyak yang tertera di APBN 2014 (818.000 bmph). Hal ini menunjukkan penurunan cepat produksi minyak. Pada 2013, negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini memproduksi 826.000 bmph, jauh dari puncak produksi Indonesia sebesar 1,6 juta bmph pada tahun 1995 pada masa rezim Orde Baru Suharto. Pada masa itu, Indonesia masih menjadi anggota Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC). Namun, setelah menjadi net oil importer, negara ini terpaksa meninggalkan OPEC pada 2009. Pada saat ini, Indonesia mengimpor kira-kira 350.000-500.000 barel bahan bakar setiap harinya untuk memenuhi permintaan domestik. Alasan-alasan utama kurangnya investasi di sektor minyak Indonesia adalah karena lemahnya manajemen pemerintah, birokrasi yang buruk, peraturan-peraturan yang tidak jelas, korupsi, dan ketidakjelasan hukum.

Produksi Minyak Mentah Indonesia (dalam ribu bmph):

Pada dua bulan pertama di 2015, menurut Muliawan, Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi), produksi minyak Indonesia terus menurun menjadi rata-rata 790.000 bmph. Namun, produksi minyak mulai bulan Maret diprediksi untuk meningkat karena ladang minyak Bukit Tua sudah beroperasi, sementara produksi di Blok Cepu (juga terletak di Jawa Timur) akan meningkat dari 40.000 bmph menjadi 70.000 bmph. Ladang minyak Bukit Tua saat ini hanya memproduksi sekitar 3.500 bmph namun diprediksi akan meningkat menjadi 20,000 bmph pada Oktober 2015. Sementara itu, Blok Cepu diharapkan untuk mencapai tingkat produksi puncaknya pada September atau Oktober tahun ini. Tahun lalu, blok ini dilaporkan memiliki perkiraan level produksi puncak sebesar 165.000 bmph.

Namun, meskipun produksi minyak mentah di Indonesia diprediksi membaik, pemasukan dari minyak diperkirakan akan terbatas karena harga minyak dunia saat ini sedang rendah. Karena keadaan ini, beberapa kontraktor minyak dan gas telah mengurangi aktivitas pengeboran. Namun, SKK Migas menyatakan bahwa penurunan aktivitas pengeboran ini tidak akan memberikan dampak signifikan pada produksi minyak tahun ini dan karenanya tidak menimbulkan resiko untuk mencapai target produksi minyak oleh Pemerintah sebesar 825.000 bmph pada APBN 2015.

Cadangan minyak Indonesia diperkirakan mencapai 4 miliar barel, dan mencakup hanya 1,2% dari total produksi minyak dunia. Namun, industri ini tetap merupakan bisnis yang menguntungkan. Sebelum minyak jatuh harga, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertamina meraih laba bersih 3,06 miliar dollar Amerika Serikat (AS) pada tahun fiskal 2013, dan karenanya menjadi salah satu perusahaan paling menguntungkan di Indonesia. Pertamina adalah produsen minyak terbesar kedua di Indonesia setelah Chevron Pacific Indonesia.

Produksi dan Pendapatan Minyak Indonesia:

    Produksi Pendapatan Negara
 2015¹   825,000 bpd   
 2014   794,000 bpd   
 2013   826,000 bpd    USD $31.3 billion
 2012   860,000 bpd    USD $33.5 billion
 2011   900,000 bpd    USD $35.9 billion
 2010   945,000 bpd    USD $26.5 billion
 2009   949,000 bpd    USD $20.0 billion

¹ target pemerintah
Sumber: Investor Daily

Bahas