Pada saat ini 66% saham Mitra Keluarga Karyasehat’s dimiliki oleh Lion Investment Partners BV, sementara 34% lainnya dimiliki oleh Griyainsani Cakrasadaya. Setelah penawaran umum perdana (IPO) kepemilikan saham masing-masing Lion Investment Partners dan Griyainsani Cakrasadaya akan berkurang menjadi 49,7% dan 32,3%.

Hasil dari IPO ini akan digunakan untuk mengembangkan jaringan rumah sakit perusahaan tersebut selama lima tahun mendatang. Direktur Utama Mitra Keluarga, Rustiyan Oen, mengatakan bahwa Rp 1,3 triliun dari hasil IPO akan digunakan untuk membiayai pembangunan 7 rumah sakit baru (termasuk pembelian tanah) di wilayah Jabodetabek sampai tahun 2019, sehingga jumlah rumah sakit yang dimiliki Mitra Keluarga Karyasehat bertambah menjadi 18. Sisa hasil IPO akan digunakan untuk membeli peralatan medis, membangun infrastruktur teknologi informasi, dan meningkatkan kapasitas dari rumah sakit-rumah sakit yang sudah ada. Sebelas rumah sakit yang saat ini sudah beroperasi (di wilayah Jabodetabek, Surabaya, dan Tegal) saat ini memiliki total jumlah 1.900 tempat tidur, 1.000 dokter, 2.600 perawat, dan 1.060 staf yang lain. Setiap tahunnya, rumah sakit-rumah sakit ini (secara keseluruhan) menyediakan perawatan medis untuk sekitar dua juta orang.

Michael Steven, Presiden Direktur Kresna Graha Sekurindo, mengatakan bahawa price-to-earnings ratio/PE ratio diperkirakan antara 35-42 kali di tahun 2015 (PE ratio umum di pasaran pada saat ini adalah 24 kali) dan pendapatan perusahaan bertambah lebih dari 20% per tahunnya. Pada periode Januari-September 2014, perusahaan ini mendapatkan laba bersih Rp 406 milyar, meningkat 25,9% (year-on-year) dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Prospek sektor perawatan kesehatan (termasuk rumah sakit dan industri farmasi) positif dan memiliki banyak ruang untuk bertumbuh di Indonesia. Indonesia pada saat ini tidak memiliki sektor kesehatan yang telah berkembang baik (contohnya, Indonesia sangat kekurangan rumah sakit dan infrastruktur pembangunan). Kendati begitu, pemerintahan di bawah Presiden Joko Widodo ingin mempercepat pembangunan sosial, termasuk akses kesehatan, di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini. Terdapat pula peningkatan permintaan untuk jasa kesehatan dari kelompok kelas menengah yang berkembang dengan cepat. Terlebih lagi, tidak ada pemain raksasa dominan dalam sektor ini.

Apabila Mitra Keluarga Karyasehat bisa meraih Rp 4,2 triliun, maka ini akan menjadi salah satu IPO terbesar. Pada tahun 2011, Garuda Indonesia mendapatkan Rp 4,75 triliun, tercatat sebagai IPO terbesar dalam beberapa tahun terakhir ini. Mitra Keluarga Karyasehat akan menjadi operator rumah sakit kedua yang melakukan IPO di BEI, setelah Siloam International Hospitals pada tahun 2013.

Mitra Keluarga Karyasehat akan mengorganisir road shows di Singapura, Hong Kong dan London dalam satu minggu mendatang untuk menarik perhatian para investor. Deutsche Securities Indonesia, Morgan Stanley Asia Indonesia dan UBS Securities akan menjadi underwriters. Lead underwriter adalah Kresna Graha Sekurindo.

Sementara itu, BEI menargetkan pelaksanaan minimal sepuluh IPO dalam semester pertama di tahun ini menilik dari meningkatnya iklim investasi (Indeks Harga Saham Gabungan yang menjadi acuan mencatat rekor tertinggi). Selain Mitra Keluarga Karyasehat, perusahaan-perusahaan lain yang telah menyampaikan rencana IPO mereka adalah PP Properti (unit usaha PT PP) dan Merdeka Copper Gold (unit usaha pertambangan dari Saratoga Capital). Pada tahun 2014, BEI menargetkan pelaksanaan IPO untuk 32 perusahaan, namun hanya 24 perusahaan yang melaksanakannya. Target ini tidak tercapai karena ketidakjelasan dalam pemilihan presiden dan legislatif (yang menyebabkan ketidakstabilan politik), kekuatiran mengenai keadaan ekonomi global, dan pengetatan moneter di Amerika Serikat. Sampai saat ini di tahun 2015, baru satu perusahaan (Bank Yudha Bhakti) yang sudah melaksananan IPO di BEI.

Bahas