Data resmi terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa impor Indonesia jatuh 7,2% pada basis month-to-month (m/m) menjadi 11,5 miliar dollar AS di bulan September 2015. Dibandingkan dengan September 2014, impor turun 26,0% pada basis year-on-year (y/y) terutama karena jatuhnya impor minyak & gas (migas). Suryamin, Kepala BPS, mengatakan bahwa impor migas turun karena pabrik penyulingan minyak baru milik perusahaan energi Pertamina di Jawa Barat mulai beroperasi di bulan September.

Rupiah memainkan peran penting dalam jatuhnya impor. Meskipun mata uang ini telah sangat menguat dalam dua minggu terakhir, rupiah masih melemah hampir 7% terhadap dollar AS sejauh ini di tahun ini sehingga membuat impor menjadi lebih mahal.

Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):

| Source: Bank Indonesia

Sementara itu, ekspor Indonesia di bulan September 2015 menurun 1,6% (m/m) menjadi 12,5 miliar dollar AS dari bulan sebelumnya dan menurun 18% (y/y) dari bulan yang sama tahun lain. Kendati rupiah melemah (yang membuat ekspor Indonesia lebih kompetitif di pasar global) ekspor masih menurun, menandakan kondisi perekonomian global yang lebih lemah.

Neraca Perdagangan Indonesia (dalam juta dollar AS):

Sebelumnya, bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) menyatakan prediksinya bahwa surplus perdagangan mencapai sekitar 1 miliar dollar AS di bulan September karena ekspor manufaktur negara ini menunjukkan sejumlah perbaikan.

Surplus perdagangan Indonesia di sembilan bulan pertama tahun 2015 berakumulasi menjadi 7,1 miliar dollar AS. Di periode yang sama tahun lalu, Indonesia harus menghadapi defisit perdagangan sebesar 1,67 miliar dollar AS. Meskipun begitu, perbaikan ini terutama disebabkan karena lemahnya impor sehingga hanya ada sedikit alasan untuk bersikap terlalu antusias.

Impor turun 19,7% (y/y) di sembilan bulan pertama tahun 2015 menjadi 107,9 miliar dollar AS dari periode yang sama tahun lalu, disebabkan oleh penurunan 16,7% (y/y) dalam impor peralatan mesin. Sementara itu, ekspor berkontraksi 13,3% (y/y) menjadi 115,1 miliar dollar AS di sembilan bulan pertama tahun 2015, terutama akibat ekspor minyak sawit dan batubara yang melemah.

Bahas