Dengan total wilayah seluas kira-kira 1.904.569 km², Indonesia adalah negara dengan wilayah daratan terluas ke-15 di dunia dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Wilayah geografis yang sangat luas ini mengimplikasikan bahwa keragaman budaya yang sangat besar bisa ditemukan di wilayah-wilayah negara ini.

Memang, kalau kita membandingkan masyarakat Aceh Muslim di ujung barat Negara Kepulauan ini dengan suku-suku Papua yang masih memegang kepercayaan animisme, akan tampak lebih banyak perbedaan dari persamaan. Namun, ada satu faktor penting yang menyatukan wilayah-wilayah di Indonesia: penjajahan oleh pemerintah kolonial (walaupun tidak semua pulau di Indonesia mengalami 'tingkat penjajahan' yang sama).

Konteks politik dan sosial yang dijelaskan di atas ini membentuk inti dari pesan yang disampaikan dalam serangkaian sesi untuk pemuda yang diorganisir pada akhir Oktober 1928. Gerakan nasionalis Indonesia, yang telah berkembang kira-kira sejak tahun 1900 dan menjadi semakin jelas bentuknya setelah pendirian Budi Utomo (kelompok politik pribumi pertama) di 1908, menyadari adanya perbedaan budaya dan latar belakang sejarah di tiap wilayah. Namun, gerakan ini juga menyadari bahwa persatuan di wilayah koloni (persatuan orang Indonesia) adalah kunci untuk menggulingkan sistem kolonial dan meraih kemerdekaan.

Konggres Pemuda Indonesia Kedua (yang pertama dilaksanakan dua tahun sebelumnya namun tidak membuahkan hasil signifikan) pada 28 Oktober 1928 menghasilkan Sumpah Pemuda yang menekankan pada persatuan Indonesia:

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, Bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia mengaku menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia

Pada Konggres Pemuda Kedua, Wage Rudolf Supratman menampilkan lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya (dengan biola). Supratman (1903-1938) adalah seorang jurnalis, musisi dan guru yang telah menulis lagu ini untuk digunakan pada Konggres Pemuda.

Indonesia Raya; the Story of the National Anthem of Indonesia

Namun, karena Konggres Pemuda ini pada dasarnya dianggap sebagai gerakan subversif pada masa-masa akhir penjajahan Indonesia dan lirik lagu Indonesia Raya dianggap terlalu nasionalistik (walaupun versi awalnya tidak memiliki kata "merdeka"), lagu ini segera dilarang oleh para penjajah Belanda. Seiring dengan perkembangan lebih lanjut dari gerakan nasionalis, pemerintah kolonial juga bereaksi dengan semakin melakukan penekanan.

Para pempimpin nasionalis muda, seperti Soekarno dan Mohammad Hatta ditahan dan diasingkan. Oleh karena itu, penyebaran lirik dan melodi lagu Indonesia Raya (yang sangat populer) harus dilakukan secara rahasia (melalui organisasi-organisasi politik dan siswa). Namun, pers domestik, yang telah berkembang sejak pertengahan abad ke-19, juga memegang peran penting. Surat kabar-surat kabar, termasuk Soeloeh Rakjat Indonesia dan Sin Po mempublikasikan lirik Indonesia Raya (menarik juga untuk membandingkan pengaruh media cetak di masa-masa awalnya dengan pengaruh media sosial kepada rezim-rezim otoriter di saat ini).

Para penjajah Belanda cukup kuat untuk membendung nasionalisme Indonesia dengan menangkap para pemimpin nasionalis dan menekan organisasi-organisasi nasionalis. Namun, Belanda tidak pernah bisa menghapuskan sentimen nasionalis yang telah menyebar luas. Orang-orang Indonesia, di sisi lain, tidak memiliki cukup kekuatan untuk bersaing dengan Pemerintah Kolonial dan karenanya bergantung pada kekuatan-kekuatan luar untuk menghapuskan sistem penjajahan.

Pada Maret 1942 Jepang, dibakar semangatnya oleh keinginan akan minyak, menyediakan bantuan dengan menguasai Hindia Belanda. Meskipun periode penjajahan Jepang (1942-1945) akan menjadi sebuah periode yang penuh penderitaan (kekurangan makanan, pakaian dan obat-obatan dan juga kerja paksa di bawah kondisi sangat berat), pihak Jepang juga mendidik, melatih, dan mempersenjatai kaum muda Indonesia dan memberikan kesempatan pada para pemimpin nasional untuk menyampaikan aspirasi politik mereka. Ini memungkinkan kelompok nasionalis untuk mempersiapkan masa depan untuk Indonesia yang merdeka. Pada bulan-bulan terakhir sebelum penyerahan diri Jepang, secara efektif mengakhiri Perang Dunia II, pihak Jepang memberikan dukungan penuh untuk gerakan nasionalis Indonesia. Pada 17 Agustus 1945, dua hari setelah bom atom dijatuhkan di Nagasaki, Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pada peristiwa bersejarah ini, lagu Indonesia Raya menjadi lagu kebangsaan Republik Indonesia.

Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1950, Pemerintah Indonesia meminta Jozef Cleber, seorang musisi Belanda yang telah aktif di Indonesia sejak 1948, untuk membuat sebuah komposisi musik simfoni untuk Indonesia Raya. Setelah menyelesaikan versi simfoni pertama dari lagu kebangsaan ini, Cleber memberikannya kepada Presiden Sukarno. Namun, Sukarno tidak setuju dengan aransemen pertama Cleber dan meminta versi yang lebih megah (seperti lagu kebangsaan Belanda Wilhelmus). Setelah versi kedua juga ditolak, Sukarno menerima aransemen versi ketiga dari Cleber yang masih digunakan hingga saat ini.

Sejak 1958, hak cipta dari lagu ini dimiliki oleh Negara Indonesia.


 

                                                           Indonesia Raya (Great Indonesia)
Indonesian Lyrics
English Translation
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu.

Hiduplah tanahku,
Hiduplah negeriku,
Bangsaku, rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.

Refrain:

Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, neg'riku yang kucinta!
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya!

II

Indonesia, tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya,
Di sanalah aku berdiri,
Untuk selama-lamanya.

Indonesia, tanah pusaka,
Pusaka kita semuanya,
Marilah kita mendoa,
Indonesia bahagia.

Suburlah tanahnya,
Suburlah jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya, semuanya,
Sadarlah hatinya,
Sadarlah budinya,
Untuk Indonesia Raya.

Refrain

III

Indonesia, tanah yang suci,
Tanah kita yang sakti,
Di sanalah aku berdiri,
N'jaga ibu sejati.

Indonesia, tanah berseri,
Tanah yang aku sayangi,
Marilah kita berjanji,
Indonesia abadi.

Selamatlah rakyatnya,
Selamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya, semuanya,
Majulah Negerinya,
Majulah pandunya,
Untuk Indonesia Raya.

Refrain
Indonesia, my homeland
The land where I shed my blood
Right there, I stand
To be a guide of my motherland.

Indonesia, my nationality
My nation and my homeland
Let us exclaim
Indonesia unites.

Long live my land,
Long live my state
My nation, my people, entirely
Let us build its soul,
Let us build its body
For the Great Indonesia.

Refrain:

Great Indonesia,
Independent & sovereign,
My land, my country which I love
Great Indonesia,
Independent & sovereign!
Long live Great Indonesia!

II

Indonesia, a noble land
Our wealthy land
Right there, I stand
Forever and ever.

Indonesia, a hereditary land
A heritage of ours
Let us pray
To Indonesians' happiness.

Fertile may its soil,
Flourish may its soul
Its nation, its people, entirely,
Aware may its heart,
Aware may its mind,
For Great Indonesia.

Refrain

III

Indonesia, a sacred land,
Our victorious land,
Right there, I stand,
To guard the pure motherland.

Indonesia, a radiant land,
A land which I adore,
Let us pledge,
Indonesia is eternal,

Safe may its people,
Safe may its children,
Its islands, its seas, entirely,
The state progresses,
its scouts advance,
For Great Indonesia.

Refrain

Bahas