Berbekal tabungan yang ia peroleh selama puluhan tahun bekerja di beberapa kilang minyak, Elly dan keluarganya membangun Piaynemo Homestay di atas tanah warisan yang ia miliki. Prinsip bangunan yang ramah lingkungan (eco property) menjadi keharusan bagi bangunan penginapan di kawasan Raja Ampat. Jadilah Piaynemo Homestay -- yang terbuat dari kayu-kayu papan beratapkan daun -- berdiri di tepi Pulau Piaynemo yang menghadap laut lepas.

Elly mengakui bahwa mayoritas tamu penginapannya adalah para penyelam. Sebab salah satu spot favorit yang diincar para penyelam -- Melissa’s Garden -- berlokasi dekat dengan penginapannya. Tapi keindahan Raja Ampat memang terlalu sayang untuk dilewatkan oleh semua pencinta pemandangan alam. Tak heran jika mayoritas pengunjung Piaynemo Homestay adalah wisatawan asing ketimbang wisatawan local.

Piaynemo Homestay tidak hanya terbuka untuk menginap dan diving. “Sebagian perahu terkadang hanya singgah untuk menikmati makan siang atau beristirahat disini”, ujar Elly. Bisa ditebak, menu andalan yang disajikan di penginapan ini adalah seafood -- ikan segar yang dibakar atau digoreng, serta ikan kuah kuning yang menjadi makanan khas penduduk local. Tidak jarang Elly mengijinkan para tamu yang membawa hasil pancingan untuk memasak sendiri hasil tangkapannya. Suasana kekeluargaan di penginapannya, menjadi kunci utama bagi para tamu untuk merasa betah dan menikmati liburan di pulau ini.

Untuk mencapai Piaynemo Homestay, para tamu akan dijemput dengan speedboat dari Waisai (ibukota Raja Ampat) menuju Pulau Piaynemo. Meskipun membutuhan waktu selama 2 jam, para tamu dijamin tidak akan bosan selama perjalanan, karena disuguhi pemandangan yang indah saat melewati beberapa spot seperti Kabui, Arborek, Sawinggrai, Yenbuba, dan Pasir Timbul.

Keindahan alam Raja Ampat tidak hanya menggoda penduduk local seperti Elly untuk membuka penginapan. Saat ini, juga ada beberapa penginapan milik warga asing. Sepanjang pengalamannya berbisnis penginapan, Elly tidak menampik adanya kendala. “Bagi warga lokal, kendala terbesar adalah biaya dan bimbingan”. Warga lokal yang rata-rata berpendidikan rendah tentunya membutuhkan bimbingan untuk mengembangkan jiwa pelayanan pariwisata di Raja Ampat, jika dibandingkan dengan budaya yang telah terbentuk di masyarakat Bali.

“Di sisi lain”, lanjut Elly “kesulitan terbesar warga asing yang ingin membuka penginapan adalah ijin menggunakan lokasi dari pemilik hak ulayat”. Itu sebabnya, ada semacam pepatah warga lokal yang berkata “kayu paling mahal di Raja Ampat adalah kayu palang”. Hal tersebut muncul dari suatu pengalaman warga asing yang membuka usaha, namun belum bergaul karib dan mendapat restu dari warga lokal. Yang terjadi adalah, warga lokal mendatangi tempat usaha orang itu, dan menyegelnya dengan kayu palang. Untuk membuka  kayu palang tersebut, tentunya membutuhkan musyawarah dengan warga setempat dan biaya yang tidak sedikit.

Untungnya, masalah terbesar di Raja Ampat cukup teratasi, yaitu bahan bakar minyak (BBM). Sudah menjadi cerita lama, bahwa harga BBM di Raja Ampat sangat mahal, mencapai Rp15,000 per liter (harga normal di Pulau Jawa dan sekitarnya Rp 6,450 per liter). Mahalnya harga BBM juga mendongkrak harga sebagian kebutuhan pokok, karena biaya distribusi barang ke pulau-pulau dengan menggunakan kapal. Per harinya, setiap kapal di Raja Ampat bergerak dengan menghabiskan ber drum-drum BBM – untuk mengangkut barang dan manusia.

Namun kebijakan pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo telah menyamaratakan harga BBM di Indonesia – mulai dari Sabang sampai Merauke – berkisar di Rp 6,500 per liter.

Terlepas dari itu semua, Elly mempercayai bahwa setiap turis yang datang ke Raja Ampat akan mendapat wawasan baru. Tidak hanya refreshing, tetapi juga menyadari betapa indahnya saat manusia dan alam bersatu secara harmonis. Itu sebabnya ada ucapan penduduk lokal yang berkata “sebelum sampai ke Surga di atas, singgah dulu ke Surga di bumi: Raja Ampat”.

Untuk mendapatkan informasi Piaynemo Homestay, Anda dapat memperolehnya melalui link website www.piaynemo.com dan website www.stayrajaampat.com

Kolom ini ditulis Lori Singer, jurnalis dan produser di Kompas TV. Ketertarikannya besar pada hal-hal sosial dan keunikan budaya di setiap tempat yang dikunjunginya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Follow her blog: www.awalkinmyshoe.blogspot.co.id

Bahas