Pelaku pasar juga masih menanggapi negatif penilaian lembaga OECD yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, termasuk emerging market dan banyaknya komentar negatif terhadap imbas kenaikan BI rate terhadap dunia usaha. Sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4408,40 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4331,61 (level terendahnya) jelang preclosing dan berakhir di level 4350,79. Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett sell dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.


Laju nilai tukar Rupiah yang sempat mengalami kenaikan sehari sebelumnya kembali tertahan seiring sikap pelaku pasar yang wait & see terhadap hasil dari pertemuan FOMC. Padahal, di sisi lain, laju dari US$ sedang berada di bawah dibandingkan nilai tukar € seiring pernyataan The Fed yang akan tetap mempertahankan suku bunga rendahnya meski stimulus dikurangi. Selain itu, Rupiah juga tidak bergeming terhadap berita positif dari China dimana nilai Yuan-nya mengalami kenaikan seiring langkah PboC yang akan menguatkan penetapan harian atas nilai Yuan dan akan menguraikan rencana atas pelonggaran pengawasan valas. Rupiah di atas target support Rp11672. Rp11625-11585 (kurs tengah BI).

| Source: Bank Indonesia


Setelah tertahan dengan penurunan proyeksi outlook global, terutama untuk negara-negara emerging market oleh lembaga OECD, bursa saham Asia kembali melanjutkan pelemahannya. Kali ini, sentimen dari penilaian bahwa beberapa valuasi emiten telah melampaui valuasinya membuat pelaku pasar lebih cenderung menahan diri dan mengurangi posisi. Di sisi lain, laju bursa saham China dapat bertahan positif dengan spekulasi pemerintah China akan melakukan reformasi ekonomi untuk menopang pertumbuhan.

Bahas