Ketua Federal Reserve Janet Yellen mengumumkan pada hari Rabu (16/12) bahwa bank sentral AS menaikkan suku bunga kebijakannnya ke cakupan 0,25%-0,50% dari level terendah dalam sejarah yang telah berlaku selama hampir satu dekade pada 0,00%-0,25% poin. Di masa mendatang the Fed memprediksi akan terjadi kenaikan suku bunga secara lebih bertahap. Bank sentral AS menekankan bahwa pengetatan moneter lebih lanjut di negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini akan dilakukan dengan sangat lembut.

Segera setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka, Indeks Harga Saham Indonesia (IHSG) naik lebih dari 1% menjadi 4.531,21 poin, sementara nilai tukar rupiah menguat 0,18% menjadi Rp 14.045 per dollar AS.

Sekarang pasar-pasar keuangan global menunjukkan tanda-tanda pemulihan (karena kepastian mengenai pengetatan moneter AS), mata uang negara-negara berkembang mungkin menguat secara signifikan karena banyak yang percaya bahwa mata uang-mata uang ini masih berada di tingkat harga di bawah yang seharusnya (undervalued).

Nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) menguat 0,16% menjadi Rp 14.028 per dollar AS pada hari Kamis (17/12).

Rupiah Indonesia versus AS Dollar (JISDOR):

| Source: Bank Indonesia

Reaksi positif dari aset-aset negara-negara berkembang pada kenaikan suku bunga Federal Reserve bisa mendorong Bank Indonesia untuk memotong suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 0,25% pada pertemuan Dewan Gubernur hari ini.

Pada hari Rabu, saham AS melonjak setelah pengumuman kenaikan suku bunga. Dow Jones industrial average naik 1,3%, Standard & Poor's 500 index melompat 1,5%, sementara Nasdaq composite naik 1,5%.

Bahas