Anton Sitorus, Kepala Penelitian dan Konsultan Savills Consultants Indonesia, mengatakan laju pertumbuhan ekonomi yang melambat mengurangi permintaan untuk ruang kantor di Jakarta. Para penyewa (dan juga para penyewa potensial) kini lebih memilih untuk menunggu dan mengamati apakah perekonomian akan mengalami rebound. Akibatnya, pertumbuhan sewa telah menurun selama 20 bulan terakhir. Sewa ruang kantor premium telah jatuh 5,2%. Sitorus percaya bahwa tingkat kekosongan akan semakin bertambah di tahun-tahun mendatang karena supply diprediksi akan melebihi permintaan di masa mendatang dekat.

Level kekosongan ruang kantor tingkat A di CBD naik dari 6,4% di akhir 2014 menjadi 17,1% di pertengahan 2015, sementara level kekosongan ruang kantor tingkat B dan C masing-masing 2,5% dan 4,8%.

Di akhir 2014, sektor ruang kantor masih dianggap mengguntungkan, terutama di CBD Jakarta tempat tingkat hunian mencapai sekitar 94%. Permintaan ruang kantor dari perusahaan-perusahaan lokal, multinasional, dan para individu investor tinggi dan mendorong beberapa pengembang properti besar Indonesia untuk mengkonstruksi proyek-proyek bangunan kantor di area ini tahun lalu dan karenanya mendongkrak jumlah penawaran di 2015. Di tahun ini, sekitar 228.000 meter persegi ruang kantor ditambahkan ke CBD (termasuk Noble House, Sahid Sudirman Center dan Grand Rubina 1).

Di 2014, komunitas pebisnis juga memiliki harapan yang tinggi kepada pemerintahan Joko Widodo (dilantik pada Oktobober 2014). Joko Widodo yang berpikiran penuh pembaharuan memenangkan pemilihan Presiden di pertengahan 2014 dan jelas merupakan favorit pasar karena sikapnya yang pro bisnis. Kendati begitu, setelah hampir setahun bekerja Widodo belum mampu mengubah proses perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Bahas