Namun, Antara - mengutip Menteri Perdagangan Indonesia Thomas Lembong - menyatakan bahwa kuota impor maksimum sebesar 600.000 ternak hidup dapat dinaikkan jika diperlukan. Oleh karena itu para pengamat percaya bahwa impor daging sapi bisa naik setidaknya 800.000 sapi hidup pada tahun 2016 karena konsumsi daging sapi per kapita tahunan Indonesia diperkirakan meningkat dari 2,58 kilogram di 2015 menjadi 2,61 kilogram pada tahun 2016.

Data dari Kementerian Perdagangan Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia mengalami defisit daging sapi sebesar 237.890 ton pada 2015. Angka ini sama dengan sekitar 1,39 juta ternak hidup. Indonesia hanya berhasil memasok 2,45 juta hewan di dalam negeri. Petani dan peternak lokal Indonesia sebagian besar berada di propinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Lampung (Sumatra).

Pemerintah Indonesia berkeinginan untuk membuat Indonesia berswasembada di berbagai komoditi (dalam jangka menengah), terutama beras, daging sapi dan gula. Dengan mengurangi ketergantungan pada impor Presiden Indonesia Joko Widodo mencoba untuk mendukung kesejahteraan petani lokal. Dalam hal ini, Indonesia telah menerapkan kuota impor untuk produk makanan tertentu. Namun, dikarenakan pasokan domestik yang mengecewakan, kuota impor ini menyebabkan harga yang tidak stabil, bahkan kekurangan, inflasi dan kekhawatiran investor.

Ketua PPSKI Teguh Boediyana menambahkan bahwa Pemerintah Indonesia telah salah perhitungan dan berusaha untuk menutupi kesalahan mengenai kebijakan sapi dalam beberapa tahun terakhir. Pengumuman bahwa Indonesia mungkin perlu mengimpor hingga 600.000 sapi (hidup) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa swasembada daging sapi masih jauh.

Pada 2015 impor daging sapi dari Australia menurun tajam ke angka 39.134 ton dari 53.140 ton di tahun sebelumnya. Namun, Australia akan tetap menjadi sumber utama sapi dan daging sapi beku impor pada tahun 2016. Australia adalah eksportir daging sapi terbesar ketiga di dunia.

Joni Liano, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo), mengatakan menjadi suatu masalah bahwa pemerintah belum mengeluarkan izin impor untuk impor daging sapi pada 2016. Saat ini, negosiasi dengan pemasok daging sapi asing tidak dapat dilakukan karena importir tidak memiliki izin yang diperlukan. Hal ini dapat menyebabkan penundaan impor yang lebih panjang, sehingga akan mendorong harga daging sapi naik dalam waktu dekat. Liano juga percaya bahwa kuota impor 600.000 tergolong sangat rendah mengingat permintaan daging sapi Indonesia akan terus meningkat pada tahun 2016.

Impor daging sapi juga telah menjadi pusat skandal korupsi di Indonesia selama presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika para politisi diduga menerima suap dari perusahaan impor daging sapi lokal sebagai ganti dukungan untuk meningkatkan kuota impor daging sapi dan untuk menunjuk perusahaan lokal sebagai importir. Pada saat harga daging sapi tinggi (karena adanya kekurangan) kesepakatan tersebut sangatlah menguntungkan bagi politisi dan perusahaan lokal yang terlibat.

Bahas