Shanghai Composite Index yang menjadi acuan di RRT anjlok 6,86% pada hari Senin setelah Caixin/Markit purchasing managers’ index (PMI) RRT turun untuk bulan ke-10 secara beruntun pada Desember 2015 (di 48,2, di bawah ekspektasi pasar). Perdagangan saham di RRT dihentikan (peraturan baru yang diumumkan tahun lalu) untuk menghindari kerugian yang lebih berat. Sementara itu, bank sentral RRT menetapkan kurs referensi yuan pada level yang terendah untuk lebih dari 4,5 tahun.

Di samping itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah antara Arab Saudi dan Iran meningkat setelah ulama Syiah terkemuka Saudi Nimr al-Nimr dieksekusi. Menanggapi eksekusi tersebut, Kedutaan Besar Saudi di Teheran dibakar oleh demonstran. Arab Saudi dikabarkan telah memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Iran dan mengusir para diplomat.

Dalam konteks ini, para investor mencari aset yang aman (safe haven). Saham-saham negara-negara berkembang mengalami kejatuhan paling besar dalam waktu empat bulan terakhir. Sementara itu, permintaan akan dollar Amerika Serikat (AS) meningkat tajam, yang menjelaskan lemahnya kinerja rupiah di Indonesia hari ini (mencatat pelemahan terbesarnya sejak Oktober).

Nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) terdepresiasi sebesar 0,75% menjadi Rp 13.898 per dollar AS pada hari Senin (4/1).

Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):

| Source: Bank Indonesia

Efek samping lainnnya dari konflik Arab Saudi-Iran adalah peristiwa tersebut mendongkrak harga minyak karena ketegangan diplomatik dapat mengganggu pasokan minyak.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG):

Bahas