Meskipun keadaannya kacau, perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil mengumpulkan Rp 120,1 triliun selama 2015, naik 30,4% dari dana yang dihasilkan selama tahun 2014. Jumlah penggalangan dana di BEI pada tahun 2015 terdiri dari penerbitan obligasi korporasi (Rp 62,4 triliun pada tahun 2015), rights issue (Rp 45,4 triliun), penawaran umum perdana (Rp 11,3 triliun), dan warrants (Rp 824 miliar).

Tito Sulistio, Direktur Jenderal BEI, mengatakan penggalangan dana di 2015 dari penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia melebihi penggalangan dana IPO tahun lalu (Rp 8,30 triliun). Sulistio yakin bahwa hasil dari IPO akan meningkat lebih lanjut pada tahun 2016 karena jumlah IPO ditargetkan untuk meningkat. Selama 2015 hanya 16 perusahaan yang melakukan IPO di BEI (karena kondisi domestik dan global tidak kondusif), sementara tahun depan target BEI adalah 35 perusahaan baru yang tercatat (sementara itu ada tiga emiten yang dihapus selama 2015: Davomas Abadi, Bank Ekonomi Raharja, dan Unitex).

Namun, sebagian besar penggalangan dana pada tahun 2015 berasal dari obligasi korporasi. Sulistio mengatakan total 38 perusahaan mengumpulkan Rp 62,4 triliun, naik 6,6% dari hasil tahun lalu, melalui penerbitan obligasi. Total dana obligasi korporasi pada tahun 2015 terdiri dari Rp 59,3 triliun obligasi konvensional dan senilai Rp 3,1 triliun obligasi syariah (sukuk). Meskipun sukuk hanya menyumbang sebagian kecil dari total obligasi yang diterbitkan (karena keuangan syariah merupakan suatu potensi besar di Indonesia yang belum banyak diolah), sukuk berkembang pesat. Penerbitan sukuk naik 243,6% pada basis year-on-year (y/y) menjadi Rp 3,1 triliun di 2015 dari Rp 923 miliar pada tahun sebelumnya.

Baca Kolom: Analisis Industri Keuangan Syariah Indonesia

Hari Kamis (12/30) IHSG ditutup pada 4.593 poin, turun 12,13% dari posisi terakhir di tahun lalu (5.227 poin). Kinerja ini merupakan salah satu performa yang paling lemah di antara indeks-indeks saham acuan di Asia. Hanya indeks Singapura dan Thailand yang memiliki kinerja yang lebih buruk pada tahun 2015 (lihat tabel di bawah). Capital outflow adalah hasil dari ketidakpastian yang parah di tengah ancaman kenaikan tingkat suku bunga AS, kekhawatiran akan ekonomi RRT (terutama setelah melemahnya yuan dalam rangka untuk meningkatkan kinerja ekspor Cina), dan pertumbuhan ekonomi yang lamban di zona euro dan Jepang.

Kinerja Pasar Saham in 2015:

Negara                Year to Date Performance
                 Benchmark Stock Index
Cina                               +10.46%
Jepang                                +9.07%
Korea Selatan                                +2.39%
Australia                                -0.41%
Amerika Serikat                                -1.46%
Filipina                                -3.85%
Malaysia                                -3.87%
Inggris                                -4.39%
India                                -5.62%
Hong Kong                                -7.30%
Indonesia                               -12.13%
Thailand                               -13.86%
Singapura                               -14.25%

data up to 30 December 2015
Sumber: Investor Daily

Indonesia, secara khusus, sangat rentan terhadap arus keluar modal karena terkendala oleh defisit transaksi berjalan lebar, rupiah yang rapuh, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan karena porsi aset negara yang berada di tangan asing relatif besar.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG):

Rata-rata nilai transaksi saham harian di BEI adalah Rp 5,77 triliun pada tahun 2015, turun 4,0% dari tahun lalu, sedangkan rata-rata volume transaksi harian naik 4,4% menjadi 221.942 kali pada tahun 2015.

Kurs rupiah acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) terdepresiasi 10,9% menjadi Rp 13.795 per dollar AS pada tahun 2015.

Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):

| Source: Bank Indonesia
Last Update: 29 Mar 2021
IPOs on the Indonesia Stock Exchange in 2015
CompanyP: 29 Mar 2021P: 28 Mar 2021Gain/LossP/E ttmYield %Gain/Loss YTD
Bank Yudha BhaktiBBYB4984940.81%N/A0.00%40.68%
Mitra Keluarga KaryasehatMIKA2,7202,750-1.09%N/A0.00%4.62%
Mitra Energi PersadaKOPI5655650.00%N/A0.00%13.00%
PP Properti Tbk.PPRO7577-2.60%N/A0.00%-19.35%
Puradelta LestariDMAS232238-2.52%N/A0.00%0.87%
Mega Manunggal PropertyMMLP358376-4.79%N/A0.00%24.31%
Merdeka Copper GoldMDKA2,3002,330-1.29%N/A0.00%-2.13%
Bukaka Teknik Utama Tbk.BUKK8808701.15%N/A0.00%-11.11%
Garuda Metalindo Tbk.BOLT7157100.70%N/A0.00%-10.63%
Anabatic Technologies Tbk.ATIC7056656.02%N/A0.00%-17.06%
Binakarya Jaya Abadi Tbk.BIKA163175-6.86%N/A0.00%-17.26%
Bank Harda Internasional Tbk.BBHI1,2851,380-6.88%N/A0.00%33.16%
Victoria Insurance Tbk.VINS111112-0.89%N/A0.00%23.33%
Mitra Komunikasi Nusantara Tbk.MKNT50500.00%N/A0.00%0.00%
Dua Putra Utama Makmur Tbk.DPUM50500.00%N/A0.00%-1.96%
Indonesia Pondasi Raya Tbk.IDPR234250-6.40%N/A0.00%-18.18%
Ateliers Mecaniques D Indonesie Tbk.AMIN234238-1.68%N/A0.00%-14.60%
Kino IndonesiaKINO2,0702,110-1.90%N/A0.00%-21.29%
Combined Total13,24513,440-1.45%-2.60%

Green colour indicates upward movement Red colour indicates downward movement P = price; E = earnings; D = dividend; Yield = D/P "N/A" indicates P/E < 0 (negative earnings) "-" indicates E,D,P or YTD is not available

Bahas