Saham dari Astra International, salah satu konglomerat terdiversifikasi terbesar di Indonesia dan salah satu perusahaan terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam konteks kapitalisasi pasar, menurun lebih dari 4% pada Senin pagi (28/09).

Volume perdagangan di Asia ringan karena pasar-pasar saham di Singapura, Hong Kong dan Korea Selatan ditutup karena Festival Pertengahan Musim Semi. Terlebih lagi, para investor mengambil sikap ‘wait and see’ menjelang penerbitan data-data kunci RRT pada hari Kamis. Data-data ini adalah purchasing manufacturing managers’ index (PMI) bulan September yang resmi dan juga Caixin/Markit PMI final.

Sementara itu, data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang kuat dari AS minggu lalu (pertumbuhan PDB AS direvisi naik menjadi 3,9% quarter-to-quarter di kuartal kedua tahun 2015) menyediakan sebuah dasar yang solid untuk Federal Reserve menaikkan Fed Fund Rate sebelum akhir tahun ini. Pertumbuhan PDB AS direvisi naik terutama karena belanja konsumen yang kuat. Minggu lalu, Ketua Federal Reserve Chair Janet Yellen mengatakan bahwa the Fed masih merencanakan menaikkan suku bunga AS di 2015. Para investor kini menunggu data non-farm payrolls AS yang akan diumumkan pada hari Jumat. Hasil ini akan menginformasikan apakah kondisi pasar tenaga kerja AS cukup kuat untuk menghadapi pendekatan kebijakan moneter yang lebih ketat. Kenaikan Fed Fund Rate kemungkinan besar akan memicu capital outflows besar-besaran dari pasar negara-negara berkembang karena yield AS menjadi lebih menarik.

Rupiah juga melemah pada Senin pagi. Pada pukul 9:52 Waktu Indonesia Barat (WIB), rupiah telah melemah 0,16% menjadi Rp 14.717 per dollar AS menurut Bloomberg Dollar Index.

Bahas