Setelah bank sentral AS mengakhiri program quantitative easing tahun lalu, terjadi volatilitas pasar yang sangat tinggi pada tahun 2015 karena ketidakpastian tentang kenaikan suku bunga AS (serta perlambatan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok). Namun, selama beberapa minggu yang lalu pasar semakin yakin bahwa Fed Fund Rate akan dinaikkan dari levelnya yang terendah pada 0,00%-0,25% (sejak tahun 2008) dalam pertemuan kebijakannya yang terakhir di tahun 2015. Oleh karena itu, Federal Reserve bertindak sejalan dengan harapan pasar dan membuat pasar menarik nafas lega. Terlebih lagi, suku bunga ini menyiratkan bahwa ekonomi AS telah kembali ke jalurnya (AS merupakan pasar ekspor kunci untuk negara-negara Asia). Federal Reserve juga menyatakan bahwa kenaikan suku bunga di masa depan akan dilakukan secara bertahap dan perlahan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG):

Umumnya, dolar AS menguat setelah pengumuman kenaikan suku bunga. Kendati begitu, rupiah menguat terhadap dollar AS. Kurs rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) menguat 0,16% menjadi Rp 14.028 per dollar AS pada Kamis (17/12). Sementara itu, obligasi Indonesia menguat, mendorong turun yield obligasi berjangka waktu sepuluh tahun ke level terendah selama dua bulan terakhir.

Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):

| Source: Bank Indonesia

Bahas