Inflasi tetap tinggi di Indonesia dan karenanya membatasi daya beli masyarakat (ini adalah salah satu alasan mengapa terjadi demonstrasi besar-besaran di Jakarta Pusat oleh para buruh Indonesia hari ini) dan membawa kepada pelemahan kepercayaan konsumen di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini. Menurut data terakhir dari BPS, harga bahan pangan & produk pangan olahan, perawatan kesehatan, dan pendidikan naik dibandingkan dengan setahun yang lalu, sementara harga pakaian, perumahan dan pendidikan jatuh.

Tingkat inflasi Indonesia tinggi sejak pertengahan 2013 ketika Pemerintah Indonesia menaikkan harga bahan bakar bersubsidi. Sebelum inflasi dapat menurun, Pemerintah Pusat kembali mengimplementasikan kenaikkan harga bahan bakar bersubsidi di November 2014 dan kembali terjadi tekanan inflasi. Ketika Pemerintah menghapus sebagian besar program subsidi bahan bakar di Januari 2015, pada awalnya terjadi dampak positif pada inflasi karena rendahnya harga minyak mentah dunia. Namun, karena harga minyak agak mengalami rebound di beberapa bulan kemudian, tekanan-tekanan inflasi di Indonesia naik sejalan dengan itu.

Terlebih lagi, inflasi di Indonesia biasanya naik di periode Juni-Agustus karena pengaruh bulan Ramadan, perayaan Idul Fitri, dan tahun ajaran baru. Belanja konsumen meningkat di periode ini.

Inflasi inti, yang tidak memasukkan barang-barang dengan harga tak stabil seperti makanan dan bahan bakar, naik 4,92% (y/y) di bulan Agustus, naik dari 4,86% (y/y) di bulan sebelumnya dan di atas perkiraan para analis (pada 4,8% y/y). Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) telah berakumulasi menjadi 2,29% di delapan bulan pertama tahun 2015.

Bank sentral Indonesia menargetkan tingkat inflasi pada cakupan antara 3% sampai 5% (y/y) di 2015, sementara Pemerintah Indonesia menetapkan target pada 5% (y/y) di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015.

Inflasi di Indonesia:

Bulan  Monthly Growth
          2013
 Monthly Growth
          2014
 Monthly Growth
          2015
Januari          1.03%          1.07%         -0.24%
Februari          0.75%          0.26%         -0.36%
Maret          0.63%          0.08%          0.17%
April         -0.10%         -0.02%          0.36%
Mei         -0.03%          0.16%          0.50%
Juni          1.03%          0.43%          0.54%
Juli          3.29%          0.93%          0.93%
Augustus          1.12%          0.47%          0.39%
September         -0.35%          0.27%
Oktober          0.09%          0.47%
November          0.12%          1.50%
Desember          0.55%          2.46%
Total          8.38%          8.36%          2.29%

Sumber: BPS

Inflasi di Indonesia 2008-2014:

     2008    2009    2010    2011    2012    2013    2014
Inflasi
(annual percent change)
    9.8     4.8     5.1     5.4     4.3     8.4     8.4

Sumber: Bank Dunia

Aktivitas Manufaktur di Indonesia

Sementara itu, industri manufaktur Indonesia terus berkontraksi di bulan Agustus - untuk 11 bulan berturut-turut - karena kejatuhan hasil produksi dan penurunan pesanan baru. Sebagai catatan positif, skornya Agustus lebih baik dibandingkan skornya bulan sebelumnya. Nikkei Indonesia Manufacturing Purchasing Managers' Index, atau PMI, menjadi 48,4 di Agustus 2015, naik dari 47,3 di bulan Juli (skor di bawah 50,0 menandakan kontraksi). Hasil produksi jatuh akibat penurunan jumlah pekerjaan namun positifnya kecepatan penurunan adalah yang terlambat sejak Januari. Sementara itu, jumlah pesanan baru jatuh (tapi tidak separah bulan sebelumnya) karena lambatnya permintaan dari klien-klien Asia. Sebagai hasilnya, jumlah pekerjaan kembali berkurang di bulan Agustus walaupun dalam laju yang lebih lambat. Terakhir, harga-harga penjualan naik karena pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terus berlanjut (membawa kepada inflasi harga material produksi yang tertinggi dalam 8 bulan terakhir).

Indonesia Manufacturing PMI

Bahas