Apalagi diperparah dengan makin melemahnya nilai tukar Rupiah dan kondisi bursa saham Asia serta pembukaan pasar saham Eropa yang berbalik melemah setelah merespon pelemahan bursa saham AS menjadikan IHSG kehilangan daya topangnya sehingga masih longsor ke zona merah. Sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4358,49 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4284,03 (level terendahnya) di akhir sesi 1 dan berakhir di level 4301,89. Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett sell dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.


Bursa saham Asia berbalik melemah di pertengangan pekan ini di tengah rilis stabilnya unemployment rate KorSel, kenaikan consumer confidence Australia, dan peningkatan machinery orders Jepang. Pelaku pasar juga terlihat sedikit kecewa dengan hasil sementara pertemuan Partai Komunis China yang dirasa kurang dapat menyampaikan langkah-langkah strategis untuk pertumbuhan ekonomi China. Belum lagi, masih merebaknya spekulasi tappering off akan diberlakukan pada Desember turut melemahkan bursa saham Asia.

Laju € yang mulai tertahan kenaikannya seiring dengan persepsi factory output zona Euro yang turun dan pertumbuhan yang masih akan melambat dimanfaatkan pelaku pasar untuk beralih ke US$ yang masih menunjukkan tren kenaikannya seiring dengan masih beredarnya spekulasi tappering off yang akan mulai dilakukan pada bulan Desember. Belum lagi laju ¥ yang masih bergerak melemah dengan adanya spekulasi bulan depan BoJ akan menambah stimulus ekonominya. Sentimen-sentimen tersebut melemahkan nilai tukar Rupiah yang ternyata juga tidak terimbas positif terhadap kenaikan BI rate. Rupiah di bawah target support Rp11625. Rp11660-11582 (kurs tengah BI).

| Source: Bank Indonesia

Bahas