Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Indonesia Stock Exchange

Artikel Terbaru Indonesia Stock Exchange

  • IPO & Rights Issue Indonesia: Kresna Graha, Mega Manunggal & Bess Finance

    Several Indonesian companies decided to delay their initial public offering (IPO) on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2014 due to great political uncertainties brought about by Indonesia’s ‘political year’ (legislative and presidential elections). Moreover, sluggish global economic growth, slowing domestic growth as well as the scrapping of the Federal Reserve’s quantitative easing program impacted on investors’ confidence. Therefore, only 20 companies conducted an IPO last year. This year we should see more IPOs in Indonesia.

    Lanjut baca ›

  • Stocks and Rupiah Update Indonesia: A Vicious Downward Spiral?

    Both Indonesian stocks and the rupiah continued to slide on Thursday (04/06) and seem to be caught in a vicious downward spiral brought about by both domestic and international factors. Indonesia’s benchmark stock index (Jakarta Composite Index) fell 0.68 percent to close at a five-week low of 5,095.82 points, while the rupiah depreciated 0.39 percent to IDR 13,281 per US dollar (Bloomberg Dollar Index), a level last seen in the late 1990s when the country was plagued by the Asian Financial Crisis.

    Lanjut baca ›

  • Stocks & Rupiah Indonesia: Inflation and US GDP Cause Mixed Performance

    On the first trading day of the new week, both Indonesian stocks and the rupiah moved more-or-less sideways. Generally, indices in Southeast Asia were mixed as positive external sentiments were offset by local negative sentiments. In the case of Indonesia, negative local sentiments stemmed from the higher-than-estimated inflation figure in May and continued contraction of the manufacturing industry. Positive market sentiments stemmed from the USA where GDP growth was revised to minus 0.7 percent in Q1-2015.

    Lanjut baca ›

  • Stocks & Rupiah Indonesia Update: Weak Performance Past Week

    Most stock markets and currencies in Southeast Asia weakened on Friday (29/05), including Indonesia’s benchmark Jakarta Composite Index and the rupiah. The Jakarta Composite Index fell 0.40 percent to 5,216.38 points, while the rupiah depreciated 0.01 percent to IDR 13,224 per US dollar according to the Bloomberg Dollar Index. Over the past week, Indonesian stocks and the rupiah weakened primarily due to the Greek debt crisis, looming higher US interest rates and the lack of positive domestic factors.

    Lanjut baca ›

  • Perusahaan Diprediksi Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia di 2015

    Prospek untuk penawaran saham perdana (IPO) di Indonesia positif pada 2015, atau, setidaknya lebih positif dibandingkan tahun 2014 yang merupakan ‘tahun politik’ Indonesia (karena pemilihan legislatif dan presiden) sehingga menyebabkan ketidakjelasan di pasar akibat kondisi politik. Meskipun begitu, pertumbuhan ekonomi negara yang melambat dan ancaman capital outflow yang disebabkan oleh prediksi pengetatan moneter lebih lanjut di AS sebelum akhir tahun, telah membuat para pelaku pasar berhati-hati. Bursa Efek Indonesia (BEI) memprediksi total 32 pendaftaran baru di 2015, naik dari 20 di tahun lalu.

    Lanjut baca ›

  • Update Pasar Indonesia: Mengapa Saham Menguat tapi Rupiah Melemah?

    Sejalan dengan indeks lain di Asia, saham Indonesia naik pada hari Selasa (26/05). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,62% menjadi 5.320,90 poin. Sentimen-sentimen positif tidak berasal dari Amerika Serikat (AS) karena pasar saham AS ditutup kemarin karena hari libur namun terutama berasal dari Republik Rakyat Tionghoa (RRT) yang badan perencanaan perekonomiannya mengumumkan akan mengimplementasikan sejumlah kebijakan baru dalam usaha mendongkrak perekonomian yang lambat. Kendati begitu, rupiah melemah 0,25% menjadi Rp 13.220 per dollar AS berdasarkan Bloomberg Dollar Index.

    Lanjut baca ›

  • How Will Global Uncertainties Impact Indonesian Markets?

    For a good portion of this year, the stock market in Indonesia has been met with selling pressure. There is a reasonable basis for this, as we have seen some disappointments in corporate earnings that have led some of the biggest names in the country to trade lower. But there are external events at work, as well. And some of these factors might not be readily apparent to many regional investors. One of these is the sovereign debt situation in the Eurozone.

    Lanjut baca ›

  • Indeks Harga Saham Gabungan: Saham Indonesia ke Arah Mana?

    Pasar saham di Indonesia telah menjadi sangat tidak stabil dalam minggu-minggu terakhir, dan ini telah membuat banyak investor menduga-duga apakah rally yang dimulai pada Oktober lalu masih dapat bertahan dan bisa dilanjutkan. Minggu lalu, MSCI Indonesia Index (yang diperdagangkan dengan simbol saham EIDO) mengalami kejatuhan besar - dari posisi yang jauh di atas batas 6.500 menjadi di bawah batas 6.000. Dari perspektif persentase, gerakan seperti ini bisa menyebabkan kerugian yang signifikan untuk mereka yang membeli saham-saham Indonesia saat harganya masih ada pada level tingkat atas.

    Lanjut baca ›

  • Laporan Pendapatan Perusahaan Indonesia Tahun Fiskal 2014

    Laporan-laporan pendapatan perusahaan yang dipilih (mencakup laba bersih dan pendapatan untuk tahun fiskal 2014) dari perusahaan-perusahaan Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) disediakan di bawah ini. Perusahaan-perusaahaan ini dibagi dalam kategori sektor: (1) pertanian dan pertambangan, (2) industri dasar dan kimia, (3) macam-macam industri, (4) barang konsumsi, (5) properti dan real estate, (6) infrastruktur, peralatan dan transportasi, (7) keuangan, dan (8) perdagangan, jasa dan investasi.

    Lanjut baca ›

  • Penawaran Umum Perdana di Indonesia: Mitra Keluarga Karyasehat

    Mitra Keluarga Karyasehat, operator rumah sakit dan unit usaha dari Grup Kalbe, menargetkan untuk meraup Rp 4,2 trilliun dalam penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Maret 2015. Perusahaan ini akan menawarkan 261,9 juta saham, setara dengan 18% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan. Lima persen dari total saham ini adalah saham baru, sementara 13% adalah saham didivestasi private equity firm Lion Investment Partners.

    Lanjut baca ›

No business profiles with this tag