Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini US Interest Rates

  • Rupiah Indonesia Mulai Melemah setelah Dollar AS Menguat Pasca Data Inflasi

    Rupiah Indonesia memulai minggu perdagangan baru dengan catatan negatif. Pukul 10:45 WIB, rupiah telah melemah 0,17% menjadi Rp 13.181 per dollar AS menurut Bloomberg Dollar Index. Alasan utama untuk performa ini adalah karena dollar AS telah menguat secara global setelah Pimpinan Federal Reserve Janet Yellen menyatakan bahwa dia yakin akan terjadi kenaikan suku bunga as yang pertama sejak hampir satu dekade sebelum akhir tahun ini (asal data perekonomian AS terus membaik).

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Stocks Up, Rupiah Weakens: Focus on Fed’s FOMC Minutes

    Indonesian stocks continued to rise one day after the country’s central bank (Bank Indonesia) announced to leave the interest rate policy unchanged and, instead, choosing to loosen its macro-prudential policy by revising the LDR-RR regulation, LTV policy for mortgage loans and down payments on automotive loans, hence increasing liquidity and boosting credit growth in the banking sector. Indonesia's rupiah, however, depreciated sharply after the market opened on Wednesday (20/05) due to the strong US dollar.

    Lanjut baca ›

  • Dilemma Bank Indonesia: To Cut Interest Rates or Not?

    The central bank of Indonesia (Bank Indonesia) is currently dealing with a dilemma. On the one hand, its relatively high interest rate environment (with the benchmark BI rate at 7.50 percent) is partly responsible for the country’s slowing economic growth as credit expansion is curtailed and economic activity declines. On the other hand, Bank Indonesia’s high BI rate is needed to safeguard Indonesia’s financial stability as inflation is still above the central bank’s target, the current account deficit nearly unsustainable, and capital outflows loom.

    Lanjut baca ›

  • Stocks & Rupiah Update Indonesia: Mixed Signals Federal Reserve

    Indonesian stocks continued to fall today (30/04). After the first trading session, Indonesia’s benchmark Jakarta Composite Index fell 0.11 percent to 5,099.83 points. The index was negatively affected by yesterday’s weakening stock indices in the USA and Europe. These indices experienced a correction due to mixed signals stemming from the latest US Federal Reserve’s FOMC meeting. Contrary to its March policy statement, the Fed did not rule out hiking rates at the next meeting. However, it also downgraded the US growth outlook.

    Lanjut baca ›

  • Laporan Bank Dunia: Update Ekonomi Asia Pasifik Timur Terbaru

    Di edisi terbaru dari Update Perekonomian Asia Pasifik Timur, dirilis pada hari Senin (13 April 2015), Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara berkembang di Asia Timur & Republik Rakyat Tionghoa (RRT) menjadi 6,7% pada basis year-on-year (y/y) di 2015 dan 2016 dari asumsi awalnya yaitu pertumbuhan 6,9% (y/y) di 2015 dan 6,8% (y/y) di 2016. Alasan utama untuk menurunnya revisi adalah karena ketidakjelasan konteks perekonomian global, yang mencakup dampak dari ancaman kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan kenaikan nilai tukar dollar AS.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Used Foreign Exchange Reserves to Support Rupiah

    The central bank of Indonesia (Bank Indonesia) announced that the country’s foreign exchange reserves fell by USD $3.9 billion to USD $111.6 billion at the end of March 2015 as the central bank used part of the forex reserves to support the Indonesian rupiah which had started to depreciate markedly due to bullish US dollar momentum amid further looming monetary tightening in the USA. The rupiah had fallen to a 17-year low of IDR 13,237 per US dollar in mid-March as market players are anticipating an interest rate hike in the USA.

    Lanjut baca ›

  • Stocks & Currency: Asian Emerging Markets Relieved after Fed Minutes

    Minutes of the Federal Reserve’s latest FOMC meeting (17-18 March), released Wednesday (08/04), show that the US central bank is divided about the timing of higher US interest rates. Several policymakers would approve such an interest rate hike in June 2015, while others would prefer to see rates increase later this year or even next year as they consider that the US economy is still not strong enough yet. However, when reading the minutes there are some signs suggesting that the institution is on course to raise its key rate this year.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Market Update: Why Stocks Go Up but the Rupiah Goes Down?

    Indonesian stocks continued to climb strongly after the market opened on Tuesday (31/03). The country’s benchmark Jakarta Composite Index (IHSG) surged nearly one percent. Several external and internal factors are at play here. Firstly, the US Federal Reserve indicated over the past week that it may not raise its key interest rate too soon, leading to investors’ appetite for emerging market assets. Secondly, Chinese policymakers provided room for increased infrastructure spending and monetary stimulus.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah versus US Dollar; Faktor-Faktor yang Berperan

    Dalam beberapa hari terakhir dollar Amerika Serikat (AS) kembali mendapatkan momentum bullish dan menguat terhadap sebagian besar mata uang termasuk rupiah. Dollar AS berada di bawah tekanan setelah Federal Reserve memberikan sinyal - kontras dengan ekspektasi pasar - bahwa Fed tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat karena prospek pertumbuhan ekonomi AS dan inflasi AS belum ada di posisi yang diinginkan. Hal ini membuat aset pasar-pasar lebih menarik untuk jangka pendek. Namun, perkembangan ini tampaknya hanya berlangsung sebentar.

    Lanjut baca ›

  • Update Mata Uang Indonesia: Rupiah Menguat, Dollar Amerika Melemah

    Nilai tukar rupiah mengawali minggu ini dengan posisi kuat karena dollar Amerika Serikat (AS) melemah akibat ketidakjelasan mengenai waktu kenaikan suku bunga AS. Kontras dengan dugaan awal, meeting Federal Reserve yang terakhir (diadakan 17-18 Maret) mengindikasikan bahwa belum akan ada kenaikan suku bunga dalam waktu singkat di negara dengan ekonomi terbesar. Hal ini mendorong meningkatnya minat untuk aset-aset pasar negara berkembang. Apalagi, Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia berjanji akan menjaga stabilitas rupiah.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru US Interest Rates

  • Weaker Yuan Likely to Weigh on Indonesian Businesses

    For most of this year, the financial media has held a generally positive tone. There have been some exceptions in cases like the Eurozone which is still mired in a deeply divided sovereign debt crisis. But for most of the world, 2015 has been a positive period in terms of general growth in their broad trends. So it might be easy for macro investors to assume that most markets are currently establishing themselves in the bullish direction.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Rupiah Headed for more Declines against US Dollar

    For most of this year, the Indonesian rupiah has met selling pressure against the US Dollar. Year-to-date price activity in the USD/IDR shows a rise from below IDR 12,250 to new highs above IDR 13,330 per US dollar. For Indonesian export companies, this is great news as it means that their products will be cheaper for foreign consumers to buy. For the domestic economy, this creates a different set of implications as it also makes it less likely that foreign investors will be looking to buy into Indonesian assets.

    Lanjut baca ›

  • Update Keuangan Indonesia: Rupiah Jatuh akibat Perubahan Ekspektasi Global

    Kalau kita memperhatikan aktivitas jangka panjang rupiah, kita telah melihat kekuatan yang mengejutkan dalam aktivitas beberapa bulan terakhir. Hal ini mengejutkan karena beberapa alasan yang berbeda dan tidak serupa dengan keadaan pasar negara berkembang lain di Asia. Secara esensial ini menyarankan bahwa aktivitas perekonomian di wilayah ini telah agak kurang berhubungan dan bahwa trend yang tampak di satu negara tidak bisa diprediksi sama di negara lain. Namun ketika kita melihat grafik aktivitas di rupiah sendiri, kita bisa melihat trend secara umum telah mulai berubah di dua bulan terakhir.

    Lanjut baca ›

  • Stocks & Rupiah Indonesia Update: Weak Performance Past Week

    Most stock markets and currencies in Southeast Asia weakened on Friday (29/05), including Indonesia’s benchmark Jakarta Composite Index and the rupiah. The Jakarta Composite Index fell 0.40 percent to 5,216.38 points, while the rupiah depreciated 0.01 percent to IDR 13,224 per US dollar according to the Bloomberg Dollar Index. Over the past week, Indonesian stocks and the rupiah weakened primarily due to the Greek debt crisis, looming higher US interest rates and the lack of positive domestic factors.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah & Saham Melemah Menjelang Pertemuan Kebijakan Bank Indonesia

    Para investor jelas sedang menunggu hasil-hasil dari Pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia yang diadakan pada hari ini (19/05). Dalam pertemuan kebijakan ini, bank sentral Indonesia akan memutuskan pendekatan moneternya. Bagi banyak pelaku pasar, merupakan hal yang penting dan krusial untuk mempelajari apakah Bank Indonesia akan menyesuaikan kebijakan suku bunganya dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia (yang telah mencapai kecepatan terlambat dalam lima tahun terakhir di kuartal 1 tahun 2015).

    Lanjut baca ›

  • Bagaimana Trend Dollar Memberikan Dampak pada Rupiah Indonesia?

    Selama setahun terakhir, rupiah telah menguat terhadap berbagai jenis mata uang asing. Namun penguatan ini tidak berlaku terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Pada periode waktu yang sama, rupiah menguat terhadap mata uang asing lainnya dan sebaliknya rupiah melemah terhadap dollar AS. Untuk banyak investor yang berfokus pada pasar mata uang, mungkin tampaknya seakan dua mata uang ini hanya sedikit berhubungan. Namun, kalau kita melihat trend yang berkembang selama setahun terakhir, menjadi jelas bahwa keadaannya tidak seperti itu.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Press Release: BI Rate Maintained at 7.50%

    Indonesia’s central bank (Bank Indonesia) decided to maintain its benchmark interest rate (BI rate) at 7.50 percent, the deposit facility rate at 5.50 percent and lending facility rate at 8.00 percent. This interest rate environment is considered to be in line with the central bank’s ongoing efforts to push the country’s inflation figure within its target of 4±1 percent for 2015 and 2016, as well as to control the country’s current account deficit towards a healthier level at 2.5-3 percent of gross domestic product (GDP) in the medium term.

    Lanjut baca ›

  • Update Berita Indonesia: Inflasi Tetap Terkendali di 2015

    Menurut data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mencatat inflasi bulanan sebesar 0,17% pada bulan Maret 2015. Ini adalah bulan pertama tahun ini Indonesia mencatat inflasi bulanan. Pada bulan Januari dan Februari, Indonesia mengalami deflasi masing-masing 0,24% dan 0,36% pada basis month-to-month (m/m). Inflasi Maret terutama disebabkan karena penyesuaian harga yang diatur: harga yang lebih tinggi dari bensin (oktan rendah), diesel, dan tabung gas elpiji 12 kg. Penyesuaian-penyesuaian ini dibutuhkan karena kenaikan harga minyak dan pelemahan rupiah.

    Lanjut baca ›

  • Update Rupiah: Dapatkah Kebijakan Amerika Serikat Membebani Rupiah?

    Kalau kita melihat aktivitas pasar rupiah, sangat jelas bahwa beberapa trend telah mulai terjadi. Terhadap dollar Amerika Serikat (AS), rupiah menunjukkan pelemahan selama ini. Banyak investor mulai melihat bahwa pelemahan rupiah sudah overdone dan kita mulai melihat para analis yang menyuarakan bahwa rupiah akan menguat dalam beberapa bulan ke depan. Namun ada juga argumen melawan prospek ini dan penting bagi siapa pun yang berinvestasi di aset-aset Indonesia untuk memahami beberapa faktor ini, untuk bisa mengambil posisi yang tepat.

    Lanjut baca ›

  • Pressures on Indonesia’s Rupiah to Continue in the First Half of 2015

    The central bank of Indonesia (Bank Indonesia) stated that, besides global volatility caused by uncertainty about the timing of higher US interest rates, the rupiah has been - and remains - under pressure due to Indonesia’s increasing private sector debt and the wide current account deficit. Moreover, as subsidiaries of multinational companies in Indonesia tend to send back dividends to the foreign parent companies in the second quarter (implying rising US dollar demand), the rupiah is plagued by additional pressures up to June.

    Lanjut baca ›

No business profiles with this tag