Salah satu faktor potensial yang seharusnya memberikan dampak negatif pada rupiah adalah perubahan kebijakan moneter di AS. Secara spesifik, Federal Reserve (Fed) telah menyatakan dengan jelas niatnya mengenai kebutuhan untuk meningkatkan suku bunga karena perekonomian nasional yang terus membaik. Pada saat ini, karena angka pengangguran telah jatuh kira-kira 5%, Fed mendapatkan pengaruh tambahan untuk mulai menaikkan suku bunganya. Menurut Michael Carney, analis mata uang di Teach Me Trading, "peningkatan suku bunga cenderung menguntungkan nilai tukar mata uang, karena ada tambahan insentif yield bagi para investor yang mencari posisi jangka panjang untuk mata uang tersebut." Jadi, jika kita mulai melihat Federal Reserve mewujudkan pernyataannya dengan meningkatkan suku bunga, sangat mungkin bahwa hasilnya adalah mata uang AS yang lebih kuat,” kata Michael.

Karena dollar AS adalah mata uang yang yang paling sering diperdagangkan untuk pembelian dan penjualan rupiah, perubahan pada suku bunga AS bisa memberikan dampak buruk pada rupiah. Menggunakan pola pikir ini, perlu diingat bahwa perubahan-perubahan dalam kebijakan moneter AS bisa menyebabkan trend memburuk terus berlanjut ketika kita melihat arah utama dari rupiah. Pelemahan nilai tukar rupiah berarti bahwa daya beli menurun bagi mereka yang memiliki aset-aset Indonesia, dan ini bisa menyebabkan outlook bearish kalau kita membuat proyeksi-proyeksi untuk enam bulan terakhir di tahun ini.

Selanjutnya, kita akan melihat sejumlah analisis grafik mengenai dollar AS/rupiah sehingga para investor bisa menilai keadaan rupiah saat ini terhadap mata uang AS.


Dollar AS versus Rupiah Indonesia (JISDOR):

| Source: Bank Indonesia


Ringkasan Proyeksi Dollar AS/Rupiah:
Momentum negatif untuk rupiah terus terjadi dalam jangka panjang, hal ini mungkin akan terus berlanjut kecuali bila kita melihat perubahan-perubahan pada pendorong-pendorong fundamental.

Aktivitas grafik untuk dollar AS/rupiah terus menunjukkan pelemahan rupiah. Valuasi untuk pasangan mata uang ini telah mencapai angka tinggi Rp IDR 13.000 (per dollar AS) pada tahun ini - dan trend ini kemungkinan akan berlanjut bila suku bunga AS mulai dinaikkan. Positifnya, jenis aktivitas ini bisa menguntungkan bagi pasar domestik Indonesia karena produk-produknya akan menjadi lebih murah untuk konsumen asing. Negatifnya, ini akan mempersulit konsumen Indonesia untuk membeli produk-produk asing karena harganya akan menjadi lebih mahal.

Ini adalah beberapa faktor yang akan perlu dipertimbangkan oleh mereka yang ingin mendapatkan posisi baru untuk aset-aset Indonesia dalam beberapa bulan mendatang. Penting untuk terus memonitor aktivitas grafik dari dollar AS/rupiah sebagai cara untuk menentukan arah trend selanjutnya.


Lanjut Baca:

What Impacted on the Performance of the Indonesian Rupiah this Week?
Downward Spiral Indonesian Rupiah; Falls Beyond 13,200 per USD
Analysis Indonesian Rupiah & Stocks: High Market Volatility

Bahas