Dalam sebuah pernyataan, Bank Indonesia mengatakan keyakinannya bahwa inflasi akan menurun ke koridor 3%-5% pada basis year-on-year (y/y), sementara defisit transaksi berjalan mungkin membaik menjadi menjadi 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir tahun ini.

Bank sentral juga menyatakan keyakinannya bahwa tekanan-tekanan pada stabilitas makroekonomi Indonesia telah menurun, membuka ruang untuk kebijakan moneter yang lebih longgar. Kendati begitu, karena tingkat ketidakjelasan yang tinggi di pasar global, Bank Indonesia tetap waspada meskipun kondisi telah menjadi lebih kondusif di pasar keuangan global. Oleh karena itu, bank sentral akan terus berfokus (dalam jangka waktu pendek) pada tindakan-tindakan menstabilkan mata uang, memperkuat manajemen likuiditas rupiah, dan juga penawaran & permintaan mata uang asing.

Mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal 3 tahun 2015, Bank Indonesia memprediksi akan terjadi sedikit perbaikan dari laju pertumbuhan 4,67% (y/y) di kuartal 2 tahun 2015. Pertumbuhan PDB yang sedikit lebih cepat terjadi karena belanja modal yang lebih besar dari Pemerintah kendati aktivitas sektor swasta relatif lamban. Penjualan semen dan peralatan berat yang lebih kuat memberikan bukti lebih lanjut bahwa aktivitas investasi meningkat. Investasi swasta diprediksi akan berubah dari tren menurun karena paket-paket kebijakan yang baru-baru ini diperkenalkan oleh Pemerintah, termasuk deregulasi untuk memperbaiki iklim investasi. Di sisi lain, indikator-indikator konsumsi, seperti penjualan retail dan kepercayaan konsumen, menurun namun telah mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Bank sentral memprediksi laju pertumbuhan ekonomi dalam cakupan 4,7%-5,1% di 2015. Konsistensi Pemerintah dalam konteks mendorong reformasi-reformasi struktural melalui berbagi paket kebijakan dan realisasi proyek-proyek infrastruktur diprediksi akan mendongkrak perekonomian.

Bahas