Setelah ringgit Malaysia, rupiah adalah mata uang dengan performa terburuk kedua di Asia pada tahun 2015, melemah 18,4% terhadap dollar AS sejauh ini di tahun ini karena ancaman kenaikan suku bunga AS dan perlambatan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (menyebabkan penurunan besar harga komoditi-komoditi global). Karena rupiah yang sangat melemah menyebabkan ketidakstabilan keuangan (contohnya karena posisi hutang luar negeri perusahaan-perusahaan lokal menjadi jauh lebih buruk), Bank Indonesia dan Pemerintah Indonesia sedang berusaha mendukung rupiahnya. Minggu lalu, Presiden Joko Widodo mendesak Pertamina, salah satu perusahaan terbesar di Indonesia dalam konteks pemasukan dan pendapatan, untuk memotong permintaan forex-nya. Saat ini, Pertamina membutuhkan sekitar 70 juta dollar AS per hari.

Justru, Pertamina akan menggunakan hutang jangka pendek forex di bank-bank lokal dan fasilitas-fasilitas penjaminan (hedging) untuk kebutuhan pembayarannya.

Nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) melemah 0,22% menjadi Rp 14.728 per dollar AS pada hari Selasa (29/09), level terendah selama 17 tahun terakhir.

Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):

| Source: Bank Indonesia

Bahas