Delegasi-delegasi dari Jepang dan RRT telah mengunjungi Indonesia selama beberapa minggu terakhir untuk memberikan tawaran-tawaran yang lebih kompetitif dalam rangka mendapatkan kontrak ini. Kedua raksasa Asia ini bertekad untuk memenangkan kontrak ini karena, menurut dugaan, kedua negara bersaing untuk mendapatkan pengaruh politik dan komersial di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini. Terlebih lagi, besar kemungkinan bahwa pemenang dari tender ini mungkin juga akan menjadi peserta terdepan untuk proyek-proyek kereta berkecepatan tinggi lain yang diprediksi akan dibangun di Asia dalam beberapa tahun mendatang (contohnya adalah rencana jalur kereta yang menghubungkan Kuala Lumpur di Malaysia dan Singapura).

Baik Jepang maupun RRT mengklaim memiliki jaringan kereta kecepatan tinggi paling canggih di dunia: Jepang siap untuk mengekspor teknologi Shinkansen-nya (sebuah jaringan jalur kereta berkecepatan tinggi di Jepang yang digunakan oleh kereta-kereta super cepat) ke Indonesia, sementara RRT memiliki teknologi kecepatan tingginya sendiri. Jepang memiliki banyak pengalaman di industri kereta berkecepatan tinggi karena sudah mengembangkan kereta super cepatnya (yang  terkenal) pada tahun 1960-an. RRT memiliki lebih sedikit pengalaman (RRT mulai mengembangkan layanan kereta berkecepatan tingginya yang pertama pada akhir 2000-an) namun telah menunjukkan pertumbuhan luar biasa di beberapa tahun terakhir (negara ini kini mengklaim bahwa lebih dari setengah jalur kereta berkecepatan tinggi dunia yang saat ini berjumlah 23.000 km dibuat oleh RRT).

Para analis berasumsi bahwa Indonesia cenderung memilih RRT untuk proyek ini karena proposal RRT lebih ringan (secara keuangan) untuk Ppemerintah Indonesia. RRT menawarkan pinjaman sebesar Rp 73,9 triliun dengan jangka waktu 50 tahun dan bunga 2% dalam dollar Amerika Serikat (AS), sementara Jepang menawarkan pinjaman sebesar Rp 60,1 triliun dengan jangka waktu 40 tahun dan suku bunga 0,1% dalam yen (dengan periode penundaan pembayaran 10 tahun). Kedua negara ini juga menawarkan untuk mendirikan sebuah pabrik lokal di Indonesia yang akan memanufaktur komponen-komponen untuk kereta-kereta ini (meningkatkan input kandungan lokal untuk proyek ini sekaligus menciptakan lebih banyak pekerjaan untuk rakyat setempat).

Juga ada spekulasi bahwa Indonesia lebih memilih RRT untuk proyek ini dalam rangka menjaga keseimbangan antara kedua negara ini sehubungan dengan pemberian proyek-proyek infrastruktur berprofil tinggi. Sebelumnya Jepang telah mendapatkan kontrak untuk mengkonstruksi sistem mass rapid transit (MRT) Jakarta dan juga pembangkit listrik bertenaga batubara yang terbesar di Indonesia (2.000 MW) di bagian Utara Jawa (sebuah joint venture antara perusahaan pertambangan batubara Adaro Energy dan Itochu Corporation and Electric Power Development Co Ltd dari Jepang).

Ikatan di antara Indonesia dan kedua raksasa Asia ini sangat dekat karena RRT adalah mitra dagang terbesar untuk Indonesia, sementara Jepang adalah sumber investasi asing terbesar kedua untuk Indonesia.

Tengat waktu untuk penyerahan penawaran adalah hari ini (Senin 31 Agustus 2015). Presiden Indonesia Joko Widodo diprediksi akan mengumumkan pemenang dari tender untuk membangun proyek kereta berkecepatan tinggi pertama di negara ini dalam waktu beberapa hari mendatang. Hanya Jepang dan RRT yang telah mengadakan studi kelayakan untuk proyek ini.

Kereta berkecepatan tinggi antara Jakarta dan Bandung seharusnya memotong waktu perjalanan antara kedua kota menjadi sekitar 30 menit (dari waktu tiga jam saat ini) karena kereta bisa mencapai kecepatan lebih dari 300 km per jam. Jalur Jakarta-Bandung adalah bagian dari proyek jalur kereta berkepatan tinggi sepanjang 750-km di Indonesia yang akan menghubungkan DKI Jakarta dan kota terbesar kedua di Indonesia yaitu Surabaya, ibukota Provinsi Jawa Timur.

RRT mengusulkan mendirikan delapan stasiun sepanjang rute 150 km Jakarta-Bandung. Dengan kereta berkecepatan 350 km per jam, waktu perjalan bisa menjadi hanya sekitar 26 menit. Bila konstruksi dimulai di September 2015, RRT yakin bahwa proyek ini bisa diselesaikan di 2018.

Jepang mengusulkan untuk mendirikan rute sepanjang 180 km di antara kedua kota dengan kereta berkecepatan maksimum 300 km per jam (mengimplikasikan bahwa waktu perjalanan antara Jakarta dan Bandung menjadi 36 menit). Jepang memperkirakan bahwa uji coba pertama dapat diadakan di 2019, dan jalur ini dapat mulai beroperasi penuh di 2021.

Bahas