Siklus El Nino, sebuah fenomena cuaca yang terjadi kira-kira sekali setiap lima tahun, berhubungan dengan suhu laut yang hangat secara periodik di lepas pantai bagian barat Amerika Selatan dan dapat menyebabkan perubahan-perubahan iklim di seluruh Samudera Pasifik. Ini dapat menyebabkan kemarau panjang di negara-negara utama penghasil produk-produk pertanian di Asia Tenggara dan karenanya berdampak pada pasar komoditi global. Di Indonesia, musim kemarau biasanya berlangsung dari Mei sampai Agustus. Meskipun begitu, karena keberadaan El Nino musim kemarau negara ini mungkin berlanjut sampai September. Musim kemarau yang berkepanjangan juga meningkatkan risiko terjadinya kebakaran hutan.

Franky Oesman Widjaja, Wakil Ketua Umum Kantor Dagang dan Industri Indonesia bidang Agribisnis dan Pangan dan Chief Executive Officer dari Golden Agri Resources, mengatakan asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan di Sumatra dan El Nino menganggu proses fotosintesis dan karenanya bisa menyebabkan kejatuhan produksi CPO. Pada akhir minggu lalu, total enam provinsi di Indonesia (Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan) menyatakan kondisi gawat darurat.

Minggu lalu juga diumumkan oleh Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia bahwa Indonesia dan Malaysia (bersama-sama berkontribusi untuk lebih dari 85% produksi CPO global) akan bekerja sama untuk memperbaiki pandangan global tentang minyak sawit (termasuk metode-metode produksi yang berkelanjutkan dan juga isu-isu nutrisi). Para analis percaya bahwa kerjasama yang sukses di antara kedua negara ini dapat mengurangi perbedaan harga antara CPO dan minyak-minyak sayuran lainnya. CPO saat ini diperdagangankan dengan harga yang lebih rendah 150 dollar Amerika Serikat per ton dibandingkan minyak kedelai, pesaing utamanya. Minyak kedelai dan minyak sawit mendominasi pasar global, berkontribusi untuk hampir 60% dari total produksi minyak nabati sedunia. Kedua komoditi ini dapat menggantikan satu sama yang lain, maka pengolah makanan cenderung bergantian menggunakan kedua komoditi ini sesuai fluktuasi harga dan karenanya harga minyak kedelai yang rendah mengurangi permintaan untuk minyak sawit.

Produksi dan Ekspor Minyak Sawit Mentah Indonesia:

    2008   2009   2010   2011   2012   2013   2014   2015¹
Produksi
(million metric tons)
  19.2   19.4   21.8   23.5   26.5    27.0    31.0    31.5
Ekspor
(million metric tons)
  15.1   17.1   17.1   17.6   18.2    21.2    20.0    19.5
Ekspor
(in USD billion)
  15.6   10.0   16.4   20.2   21.6    19.0    21.0   

¹ indicates forecast
Sumber: Food and Agriculture Organization of the United Nations, Indonesian Palm Oil Producers Association (Gapki) and Indonesian Ministry of Agriculture

Bahas