Menurunnya keyakinan konsumen di Indonesia bukanlah suatu kejutan karena pertumbuhan perekonomian Indonesia terus melambat di kuartal pertama tahun 2015 (pertumbuhan produk domestik bruto 4.71% y/y). Terlebih lagi, para konsumen Indonesia dapat membaca banyak berita di media lokal yang meningkatkan penurunan optimisme: rupiah yang melemah tajam (menjelang pengetatan moneter di Amera Serikat), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menurun sejak April (akibat kekuatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi), defisit transaksi berjalan yang lebar, ekspor dan impor yang melemah (menandakan bahwa permintaan global dan domestik melemah), dan inflasi tinggi (semakin memotong daya beli masyarakat).

Dalam konteks ini, para konsumen Indonesia menunda membeli barang-barang tahan lama seperti mobil, sepeda motor, peralatan elektronik dan peralatan rumah tangga. Di lima bulan pertama tahun 2015, penjualan mobil dan sepeda motor di Indonesia telah jatuh drastis pada basis year-on-year dan karenanya Bank Indonesia baru-baru ini menurunkan persyaratan jumlah uang muka untuk pembelian mobil dan sepeda motor dalam usaha memacu belanja masyarakat.

Menarik untuk mencatat bahwa pengurangan konsumsi tidak biasanya terjadi di periode Ramadan dan Idul Fitri (bulan suci puasa Ramadan dimulai di pertengahan Juni). Biasanya, dalam periode ini terjadi peningkatan signifikan untuk belanja barang konsumen seperti makanan, pakaian, sepatu dan tas (didukung oleh gaji ke-13 para pegawai) serta barang tahan lama. Namun, karena kekuatiran saat ini mengenai keamanan pekerjaan dan pendapatan selama enam bulan ke depan, para konsumen Indonesia menjadi berhati-hati.

Menurut perkiraan Asosiasi Penguasaha Ritel Indonesia (Aprindo), para retailer Indonesia memprediksi penjualan jatuh sebanyak 36% (y/y) menjadi Rp 15 triliun pada perayaan Ramadan dan Idul Fitri tahun ini karena penurunan daya beli masyarakat (disebabkan oleh menurunnya rupiah, inflasi tinggi dan lambatnya belanja pemerintah).

Sementara itu, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan perekonomian Indonesia untuk sedikit naik dari tingkat terendah selama enam tahun terakhir pada 4,71% (y/y) di kuartal 1 tahun 2015 karena konsumsi dan investasi Pemerintah diperkirakan meningkat sejalan dengan dimulainya pembangunan proyek-proyek infrastruktur dan ekspansi kredit yang lebih tinggi di bank-bank Indonesia. Mengenai setahun penuh 2015, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam cakupan 5,0%-5.4% (y/y). Bank sentral ini (‘the lender of last resort’) menambahkan bahwa perbaikan iklim investasi Indonesia akan merupakan salah satu kunci krusial dalam mendongkrak pertumbuhan perekonomian di 2015.

Inflasi Indonesia, yang dipercepat menjadi 7,26% (y/y) di bulan Juni, diprediksi untuk menurun menjadi cakupan 4,5%-5,5% (y/y) pada akhir tahun ini menurut Bank Indonesia. Pada saat ini, Indonesia dibebani dengan tekanan inflasi karena meningkatnya harga bahan pangan dan tarif transportasi yang lebih tinggi (disebabkan oleh memulihnya harga minyak mentah global). Ini berarti Bank Indonesia hanya memiliki sedikit ruang untuk memotong suku bunga acuannya (BI rate) yang saat ini berada pada level relatif tinggi pada 7,50%.

Untuk menyelesaikannya pada sebuah catatan positif, para konsumen Indonesia memprediksi tekanan harga pada saat ini akan menurun dalam enam bulan ke depan.

Bahas