Justru, Pemerintah Indonesia meminta Jepang dan RRT, yang telah bersaing sengit untuk proyek ini, untuk mengirimkan proposal-proposal baru untuk konstruksi jalur berkecepatan menengah di antara kedua kota karena jalur sejenis ini dianggap lebih memungkinkan secara komersial karena biaya perjalanan dapat dikurang sekitar 30%. Keputusan Indonesia untuk membatalkan jalur berkecepatan tinggi adalah pukulan bagi para investor Jepang dan RRT yang telah berinvestasi untuk studi kelayakan yang mahal untuk proyek ini.

Meskipun begitu, RRT kembali dengan proposal baru untuk jalur kecepatan tinggi dan kali ini tanpa meminta jaminan ataupun bantuan keuangan dari Pemerintah Indonesia. Proposal baru ini diterima oleh Indonesia. Pada hari Selasa (29/09), Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mengunjungi Ketua Kabinet Sekretaris Jepang Yoshihide Suga untuk menginformasikan bahwa Indonesia telah menerima proposal RRT. Untuk Jepang, berita ini merupakan kekecewaan karena negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia ini bertekad untuk mengejar proyek-proyek infrastruktur di luar negeri untuk mendongkrak pertumbuhan ekonominya yang melambat. Suga mengatakan kepada para reporter bahwa dia meragukan keterlaksanaan proposal RRT yang tidak meminta pendanaan atau penjaminan Indonesia karena jalur ini akan berbiaya sampai Rp 78 triliun.

Baik Jepang maupun RRT mengklaim memiliki jaringan kereta berkecepatan tinggi paling maju di dunia: Jepang memiliki teknologi Shinkansen (jaringan kereta berkecepatan tinggi yang diggunakan kereta-kereta yang luar biasa cepatnya), sementara RRT memiliki teknologi kecepatan tingginya sendiri. Jepang memiliki banyak pengalaman dalam industri kereta berkecepatan tinggi karena negara ini telah menggembangkan kereta-kereta yang cepat di tahun 1960-an. RRT memiliki lebih sedikit pengalaman (negara ini mulai mengembangkan jasa kereta berkecepatan tingginya yang pertama di akhir tahun 2000-an) namun telah menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa di beberapa tahun terakhir (negara ini kini mengklaim bahwa lebih dari setengah jalur kereta berkecepatan tinggi sepanjang 23.000 km yang ada di dunia saat ini dibuat di RRT). Kendati begitu, standar keamanannya dipertanyakan sejak tabrakan kereta Wenzhou di tahun 2011 (yang menyebabkan kematian 40 orang).

Untuk Indonesia, pembangunan infrastruktur sangat dibutuhkan dalam rangka mengurangi biaya logistik maka membuat Indonesia lebih kompetitif dan ramah bisnis. Saat ini, negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini dibebani oleh kurangnya kualitas dan kuantitas infrastruktur. Jalur kereta yang direncanakan antara Jakarta dan Bandung akan menjadi jalur kereta kecepatan tinggi yang pertama di Indonesia.

Lanjut Baca:

Indonesia’s First High-Speed Railway Project: Battle between China and Japan
Indonesia Cancels Jakarta-Bandung’s High-Speed Train Project

Bahas